Jakarta (ANTARA) - Inovasi teknologi dalam bidang kedokteran terus berkembang. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi nuklir untuk mendiagnosis penyakit.
Pemanfaatan teknologi nuklir, diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan teknologi nuklir, terbukti telah mampu membantu proses diagnosis sehingga meningkatkan pelayanan kesehatan menjadi lebih akurat dan cepat.
Merujuk data akses terbuka, di Indonesia terdapat 14 fasilitas kedokteran nuklir yang bisa beroperasi secara penuh, baik diagnosis dan terapi.
Tentu masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan negara tetangga. Kelak bila lebih maju, warga kita tidak perlu pergi berobat ke negara tetangga.
Teknologi nuklir yang saat ini banyak dinikmati oleh masyarakat Indonesia adalah pemanfaatan teknologi dalam bidang kesehatan, yaitu rontgen, CT-Scan, dan radiotheraphy.
Indonesia sendiri sebagai negara pendukung perdamaian dunia ingin mengembangkan nuklir, sesuai kebijakan nasional mengenai tenaga nuklir yang mengatur konsensus bersama pada tataran internasional.
Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia hanya untuk tujuan damai, artinya pemanfaatan nuklir hanya untuk kesejahteraan masyarakat.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menetapkan bahwa pembangunan sektor kesehatan dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya yang diimplementasikan melalui upaya kesehatan.
Kegiatan terkait upaya kesehatan dilakukan secara terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat.
Teknologi nuklir
Peran aplikasi teknologi nuklir dalam mengembangkan sejumlah peralatan medis dan produk kesehatan untuk menangani berbagai penyakit, yaitu Kamera Gamma, Renograf dan Thyroid Uptake, Radiofarmaka I-131 Hippuran, Biomaterial untuk Keperluan Klinis, Mo-99/Tc-99 Generator, dan I-131 Oral Solution.
Pertama, Kamera Gamma. Digunakan dalam penelitian kanker payudara dan kanker prostat dan keperluan riset penyakit lainnya yang menyangkut jantung, tulang, otak, fungsi ginjal, dan lain sebagainya.
Keunggulannya, dapat memberikan informasi fisiologis sehingga jika terjadi kelainan fisiologi dapat segera diketahui.
Tingkat akurasi yang tinggi dan waktu analisis yang cepat. Harga jauh lebih murah dibanding produk impor.
Kedua, Renograf dan Thyroid Uptake. Renograf XP USB merupakan alat periksa fungsi ginjal berbasis teknik nuklir yang dioperasikan dengan sistem komputer.
Alat ini telah tervalidasi dalam seminar yang diselenggarakan oleh Badan Tenaga Atom Internasional.
Sedangkan Thyroid Uptake merupakan perangkat diagnostik uji tangkap kelenjar gondok atau thyroid up-take diagnostic secara in vivo.
Fungsi alat ini untuk mempelajari kecepatan kelenjar gondok dalam mengakumulasi dan melepaskan iodium sebagai komponen pembentukan hormon tiroksin. Perunut yang dipakai adalah isotop Iodium-131 (I-131) yang diberikan ke pasien.
Ketiga, Radiofarmaka I-131 Hippuran. Digunakan untuk pemindaian tulang dan pemeriksaan fungsi ginjal. I-131 Hippuran saat ini diproduksi oleh Batan bersama PT. Inuki (Persero) dengan produksi rata2 100 mCi/minggu atau 400 mCi/bulan. Total produksi dalam satu tahun sekitar 4.800 mCi I-131 Hippuran.
Jika ditinjau dari pasien ginjal yang meningkat dari tahun ke tahun, kebutuhan Hipuran I-131 jumlahnya cukup besar. Namun hal ini harus diimbangi dengan penyebaran alat Renograf yang menggunakan hipuran tersebut.
Keempat, Biomaterial untuk Keperluan Klinis, berupa allograf tulang manusia, xenograft/graf tulang sapi, dan membran amnion.
Berdasarkan data tahun 2014 nilai kapitalisasi impor biomaterial dibutuhkan 1,4 juta pcs bahan biomaterial. Kebutuhan ini meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya kasus penyakit seperti kanker tulang, periodentitis, patah tulang dan trauma pada mata.
Kelima, Mo-99/Tc-99 Generator dan I-131 Oral Solution. Batan bersama PT Inuki telah mampu memproduksi untuk mencukupi kebutuhan nasional, bahkan melakukan ekspor di beberapa negara di Asia (Malaysia, Vietnam, China, Bangladesh, Korea, Jepang, dan Philipina).
Harga produk Batan dan PT Inuki jauh lebih murah dibanding produk negara lain. Kebutuhan dalam negeri untuk Tc-99 Generator sekitar 500 unit. Kebutuhan I-131 Oral Solution adalah 90.000 mCi/tahun. Sedangkan kebutuhan Mo-99 untuk Asia sebesar 1.200 Ci/tahun. Sementara kebutuhan dunia akan radioisotop ini juga semakin meningkat.
Capaian anak bangsa
Tantangan bersama bangsa ini adalah bagaimana agar kedokteran berbasis teknologi nuklir dapat lebih maju, selaras dengan teknologi nuklir bidang kesehatan sudah sangat berkembang pada level global.
Kedokteran nuklir adalah spesialisasi medis yang melibatkan penerapan zat radioaktif dalam diagnosis dan terapi atau pengobatan penyakit.
Dari segi keamanan, kedokteran nuklir sangat aman, dalam artian aman untuk pasien, aman untuk paramedis, dan aman pula untuk lingkungan,
Kabar baik datang dari tanah air, ketika portofolio periset Indonesia memperoleh pengakuan global, salah satunya atas nama Joko Sumanto, peneliti di Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Ia adalah salah seorang peneliti yang selaras dengan misi BATAN, yaitu terus berusaha memasyarakatkan aplikasi teknologi nuklir untuk maksud damai di bidang kesehatan. BATAN sendiri telah ikut membidani lahirnya Bidang Kedokteran Nuklir di Indonesia.
Ia bersama tim menciptakan sebuah alat yang bernama Renograf. Dengan memanfaatkan energi nuklir, alat berbentuk kursi yang terhubung dengan seperangkat komputer dan dilengkapi dengan sebuah kotak yang merupakan “otak” dari alat ini akan mampu mendeteksi kelainan organ ginjal.
Dari hasil deteksi ini, selanjutnya digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat kelainan yang dialami agar mudah melakukan perawatan selanjutnya sehingga gagal ginjal dapat dihindari.
Selain itu, dengan mayoritas komponen yang berasal dari dalam negeri, serta dengan perakitan yang dilakukan secara mandiri oleh putra-putri Indonesia tentu merupakan suatu hal yang membanggakan.
Inovasi ini pada akhirnya akan memberikan manfaat besar kepada masyarakat melalui biaya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan perangkat kedokteran lain dengan fungsi yang sama.
Apa yang sudah dicapai Joko Sumanto dan periset lainnya, selaras dengan harapan yang pernah disampaikan Prof. Dr. drh. Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, M.Si, selaku Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, yang menekankan pentingnya menyiapkan fondasi menuju Indonesia Emas 2045 melalui peningkatan riset dan inovasi sektor kesehatan, termasuk yang berbasis teknologi nuklir.
Prof Indi merasa optimistis, melalui riset dan inovasi, Indonesia dapat membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh dan kompetitif, serta mencapai kemandirian di sektor kesehatan dan farmasi.
Terkait keberlanjutan nuklir yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, BRIN melalui Pusat Riset Teknologi Daur Ulang Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif yang bertugas untuk melakukan riset, pengembangan, penilaian, dan penerapan terkait teknologi pengolahan bahan baku nuklir, teknologi geologi nuklir, teknologi bahan bakar nuklir, dan teknologi pengolahan limbah radioaktif.
Bangsa ini harus memastikan, ikhtiar penelitian dan investasi pengetahuan berjalan optimal, agar memberikan solusi bagi kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu diperlukan perbaikan terus-menerus dalam pemanfaatan teknologi nuklir, terutama dalam keselamatan, keamanan, dan pengamanan.
Riset kesehatan inovatif harus didukung, terutama yang dilakukan institusi pendidikan, agar bisa menghasilkan produk yang murah untuk dapat digunakan masyarakat kita.
Secara nasional harus segera ditingkatkan upaya-upaya kemandirian untuk pembuatan obat, vaksin dan alat kesehatan yang memang dapat diproduksi di dalam negeri.
*) Penulis adalah Dosen UCIC, Cirebon.
Copyright © ANTARA 2025