Sanaa (ANTARA) - Kelompok Houthi Yaman pada Jumat (9/5) mengatakan telah meluncurkan sebuah "rudal balistik hipersonik" yang menargetkan Bandar Udara Ben Gurion di Israel, beberapa jam setelah militer Israel melaporkan telah mencegat sebuah proyektil yang ditembakkan dari Yaman.
Houthi juga mengeklaim telah melakukan serangan drone secara simultan terhadap sebuah fasilitas militer di Tel Aviv. Serangan terkoordinasi tersebut, yang diumumkan melalui saluran televisi al-Masirah milik kelompok itu, terjadi di tengah eskalasi perseteruan lintas perbatasan.
Juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengatakan bahwa sistem pertahanan rudal Israel "gagal mencegat" peluncuran rudal tersebut dan menyatakan bahwa serangan itu mengganggu operasi di Bandar Udara Ben Gurion selama lebih dari satu jam, memaksa "jutaan orang" ke tempat penampungan. Meski demikian, pernyataan tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.
Menurut Sarea, serangan tersebut menandai kelanjutan dari kampanye yang dideklarasikan oleh Houthi untuk memberlakukan blokade udara terhadap Israel, sebagai bentuk pembalasan atas apa yang disebutnya sebagai "kejahatan perang" Israel di Gaza.
Dia mendesak maskapai penerbangan internasional untuk menangguhkan penerbangan ke Israel dan memperingatkan bahwa kapal-kapal yang berkaitan dengan Israel di Laut Merah dan Laut Arab masih berada dalam jangkauan rudal.
Militer Israel mengonfirmasi bahwa sistem pertahanan udara telah diaktifkan dan mencegat sebuah proyektil di atas Israel tengah. Sirene serangan udara berbunyi di seluruh wilayah Tel Aviv, membuat warga berlindung.
Seorang wanita berusia 55 tahun mengalami luka ringan saat melarikan diri, menurut layanan darurat.
Sebuah sumber keamanan yang dikutip oleh The Times of Israel mengatakan bahwa rudal tersebut dijatuhkan oleh sistem pertahanan rudal jarak jauh Arrow milik Israel. Sumber itu juga melaporkan bahwa sistem pencegat THAAD yang dipasok Amerika Serikat (AS) telah dikerahkan, namun, gagal mengenai targetnya, menjadi kegagalan kedua THAAD yang dilaporkan sejak Minggu (4/5).
Pada 4 Mei, rudal Houthi serupa menghantam dekat Bandar Udara Ben Gurion setelah sistem Arrow dan THAAD mengalami malafungsi sehingga memicu serangan balasan Israel terhadap posisi Houthi di Yaman.
Sejak Israel melanjutkan serangannya di Gaza pada 18 Maret, pasukan Houthi telah meluncurkan sekitar 28 rudal balistik dan puluhan drone ke wilayah Israel, menurut media Israel.
Eskalasi itu menyusul kesepakatan gencatan senjata antara Washington dan Houthi, yang dimediasi oleh Oman dan diumumkan pada Selasa (6/5). Kesepakatan tersebut bertujuan untuk mengakhiri rentetan serangan timbal balik, namun, tidak mencakup target-target Israel atau pelayaran yang berkaitan dengan Israel.
"Houthi terus meluncurkan rudal Iran ke Israel. Seperti yang telah kami janjikan, kami akan merespons dengan tegas di Yaman dan di mana pun diperlukan," kata Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, dalam sebuah pernyataan.
Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, termasuk ibu kota Sanaa, telah memosisikan serangan mereka yang terus berlanjut terhadap Israel sebagai sebuah front yang terpisah. Para pejabat Houthi mengatakan bahwa gencatan senjata dengan AS telah berhasil "menetralisasi" tekanan militer AS, tapi, tidak dengan kampanye mereka melawan Israel.
"Israel saat ini berdiri di garis depan yang terbuka, dalam jangkauan rudal kami," kata seorang pejabat senior media Houthi Nasr al-Din Amir.
Sejak gencatan senjata diberlakukan, belum ada laporan mengenai serangan udara AS terhadap sasaran Houthi. Israel, yang terletak lebih dari 2.000 kilometer dari Yaman, memiliki kapasitas terbatas untuk menyerang Houthi secara langsung dan terus bergantung kepada dukungan AS.
Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025