Pamekasan (ANTARA) - Pasien balita yang dirawat di salah satu puskesmas di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur dan diduga terpapar campak meninggal dunia, Rabu.
"Pasien yang meninggal dunia ini berusia empat tahun. Kami menyebut sebagai terduga campak, karena hasil uji laboratorium belum keluar," kata Plt Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan, Avira Sulistyowati di Pamekasan, Rabu.
Ia menjelaskan, pasien balita diduga terpapar campak berdasarkan deteksi awal petugas medis dari gejala yang dialami.
Menurut dia, balita itu mengalami demam tinggi, batuk, pilek, dan mata merah mirip flu.
Baca juga: 21 kasus campak ditemukan di Kapuk Cengkareng
Kemudian, muncul bercak koplik atau bintik putih kecil di dalam mulut dan sebelum ruam merah khas campak menyebar ke seluruh tubuh 3-5 hari setelah gejala awal muncul.
"Dan bintik-bintik kecil berwarna putih atau keabu-abuan dengan dasar merah, yang muncul di dalam pipi atau mulut," katanya.
Berdasarkan gejala-gejala ini, maka tim media yang menangani kasus tersebut menduga bahwa anak tersebut terpapar campak.
"Karena itu, untuk memastikan apakah positif campak atau bukan, maka Dinkes melakukan uji laboratorium" kata Avira.
Baca juga: Waspadai tiga fase gejala campak, risiko hingga komplikasinya
Saat ini, warga Pamekasan yang terdata positif campak sebanyak sebanyak 123 anak dari total terduga sebanyak 261 anak.
Avira menjelaskan tingginya kasus campak di Pamekasan itu akibat rendahnya imunisasi.
Dinkes Pamekasan, sambung dia, sudah melakukan imunisasi sejak 20 Agustus 2025 untuk mencegah penyebaran penyakit itu dengan total jumlah sasaran sebanyak 5.016 anak.
Jumlah anak yang positif kasus campak di Pamekasan kali ini lebih banyak dibanding tahun sebelumnya.
Pada 2024, anak yang positif menderita campak sebanyak 25 anak.
Baca juga: Anak yang terkena campak harus diisolasi untuk cegah penularan
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.