Makkah (ANTARA) - Di antara arus manusia yang tak putus mengelilingi Ka’bah, tidak semua jemaah datang dengan kondisi yang sama. Ada yang melangkah mantap dengan bekal ilmu yang cukup, ada pula yang masih kebingungan dalam menjalankan rukun umrah yang sesuai fikih.
Di titik itulah muthawif memegang peranan penting. Ia bukan sekadar penunjuk arah atau pemimpin rombongan, melainkan penjaga agar ibadah umrah tetap berjalan benar, tertib, dan khusyuk.
Bagi Muhammad Nuh Salam Lubis (25), muthawif muda asal Indonesia yang kini menetap di Makkah, profesi ini bukan hanya sekadar mendampingi jemaah dari satu lokasi ibadah ke lokasi lainnya. Namun, ada tanggung jawab besar yang menyangkut sah atau tidaknya ibadah seseorang.
Dari Langkat hingga Makkah
Nuh berasal dari Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Ia merantau ke Mesir untuk menamatkan studi S1 Hukum Syariah di Universitas Al-Azhar, Kairo.
Awalnya, ia bercita-cita menjadi pengajar sebagaimana banyak kawan-kawannya di jurusan yang sama. Namun takdir membawanya hijrah dari Mesir ke Arab Saudi untuk menjadi muthawif.
Semasa kuliah, Nuh aktif bekerja sambilan sebagai pemandu wisata alias guide. Dari situlah pengalaman lapangannya mulai terbentuk.
Tanpa disadari, kebiasaan mendampingi orang-orang dari latar belakang yang berbeda menjadi bekal penting tatkala ia akhirnya menekuni profesi sekarang sebagai muthawif.
Sejak 2023, Nuh menetap di Makkah dan aktif mendampingi jemaah umrah dan haji. Dirinya saat ini bekerja sebagai muthawif lepas, atau yang biasa disebut freelance sebagaimana banyak muthawif lain yang tidak terikat langsung dengan satu perusahaan travel tertentu.
Muhammad Nuh Salam Lubis (25), salah satu muthawif muda asal Indonesia, Madinah, Arab Saudi, Jumat (28/12/2025). ANTARA/Bayu Saputra.Nuh bercerita bahwa dalam praktiknya, menjadi muthawif sebenarnya tidak menuntut sertifikasi khusus. Tidak ada ujian baku atau lisensi resmi. Namun justru di situlah letak tantangannya. Tanpa sertifikat, seorang muthawif harus membuktikan kapasitasnya melalui ilmu dan pengalaman di lapangan.
Agar bisa menjadi muthawif yang andal dan cekatan, menurut Nuh, kemampuan berbahasa Arab menjadi kunci utama, disusul dengan pemahaman fikih ibadah.
Baca juga: Ini bacaan talbiyah dan keutamaannya bagi jamaah haji & umrah
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































