Manokwari (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Papua Barat Mulyadi Djaya mengatakan perayaan Natal menjadi momentum penting untuk meneguhkan harmoni dan toleransi kehidupan beragama yang telah mengakar kuat di Tanah Papua.
“Semangat Natal di Papua tidak hanya dirasakan umat Kristiani, tetapi juga menjadi pesan damai bagi seluruh masyarakat untuk terus menjaga persatuan dan kerukunan di tengah keberagaman,” kata Mulyadi di Manokwari, Sabtu.
Ia mengatakan, sejarah telah mencatat bahwa awal penyebaran agama di Papua, umat Islam dan Kristen saling membantu dan tidak saling menghambat.
Kondisi tersebut menjadi bukti kuat bahwa nilai toleransi telah tumbuh sejak lama di tengah masyarakat Papua.
Ia menilai, jika ada pihak-pihak yang berupaya mengganggu toleransi dan kebersamaan umat beragama di Papua, umumnya berasal dari luar daerah dan belum memahami secara utuh sejarah hubungan antarumat beragama di wilayah tersebut.
“Yang ingin mengganggu toleransi biasanya pihak-pihak yang belum mengerti bagaimana relasi kehidupan beragama dan nilai kebersamaan yang hidup di Papua,” katanya.
Ia menjelaskan, keberagaman agama di Papua justru menjadi kekuatan sosial yang membentuk sikap moderasi beragama di tengah masyarakat.
Baca juga: Pemprov Jakarta akan terus jaga toleransi lewat kegiatan inklusif
Menurutnya, kehidupan beragama di Papua bersifat inklusif, di mana perbedaan dipandang sebagai bagian dari kekayaan sosial dan budaya.
“Beragama itu tidak hanya bersifat eksklusif, tetapi inklusif. Kita melihat keberagaman sebagai kekuatan bersama sehingga toleransi dan kebersamaan tetap terjaga,” ujarnya.
Ia menambahkan, kondisi Papua yang heterogen mendorong masyarakat untuk saling menghargai sesuai dengan nilai sosial budaya setempat.
Hal tersebut tercermin dalam sikap saling menghormati pada setiap perayaan hari besar keagamaan.
“Setiap hari besar keagamaan, umat saling menghormati dan melayani dengan baik. Ini menjadi ciri khas Papua dibandingkan daerah lain yang lebih homogen,” katanya.
Baca juga: Khofifah: Natal momentum perkuat persaudaraan dan persatuan bangsa
Ia juga menyebutkan peran tokoh agama dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sangat penting dalam menjaga stabilitas kehidupan beragama melalui dialog yang berkelanjutan.
Selain itu, suasana kebersamaan dan toleransi antarumat beragama terus terjaga karena difasilitasi oleh pemerintah daerah, aparat keamanan, dan seluruh unsur terkait.
Setiap perayaan hari besar keagamaan, termasuk Natal dan Tahun Baru, selalu mendapatkan perhatian bersama agar dapat berjalan aman, damai, dan khidmat.
Baca juga: Menag: Natal momentum perkuat kerukunan antarumat beragama
Baca juga: Uskup Agung: Rentetan bencana bawa pesan pertobatan ekologis nasional
Pewarta: Ali Nur Ichsan
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































