Mesin parkir rusak, Dishub DKI: Sulit mendapatkan suku cadangnya

2 days ago 9

Jakarta (ANTARA) - Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta mengakui kesulitan mendapatkan suku cadang (sparepart) untuk memperbaiki mesin Terminal Parkir Elektronik (TPE) yang rusak di sejumlah ruas jalan.

Mesin-mesin tersebut merupakan produk impor dari Swedia dan kerja sama dengan pihak penyedia (Agen Tunggal Pemegang Merk/ATPM) tidak berlanjut sejak 2016.

"Begitu dalam kurun waktu sejak 2016 si agennya (ATPM) tidak berlanjut, sehingga kita kesulitan untuk suku cadangnya (sparepart)," kata Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo di Jakarta, Senin, menanggapi pernyataan anggota Panitia Khusus (Pansus) Perparkiran DPRD Jakarta Francine Widjojo yang meminta Dishub Jakarta bertanggung jawab atas kerusakan mesin parkir itu.

Baca juga: Dishub DKI harus tanggung jawab atas rusaknya mesin parkir

Oleh karena itu, pihaknya mengupayakan mengganti mesin-mesin TPE yang rusak dengan mesin baru yang berbasis komponen dalam negeri, sehingga tidak menimbulkan ketergantungan dengan barang impor untuk ke depannya.

Hingga saat ini, kata Syafrin, pihaknya sudah melakukan uji coba mesin parkir elektronik itu di Jalan Sabang dan Jalan Agus Salim, Jakarta Pusat.

“Itu cukup bagus dan alatnya responsif. Dan ini kami harap bisa mengganti 200 mesin yang ada di Jakarta,” kata Syafrin.

Sebelumnya, anggota Panitia Khusus (Pansus) Perparkiran DPRD Jakarta Francine Widjojo meminta Dishub Jakarta bertanggung jawab atas kerusakan mesin terminal parkir elektronik (TPE) pada sejumlah ruas jalan karena peralatan itu dibeli dari uang rakyat.

"Apakah tidak ada pemeliharaan, perawatan dan perbaikan," ujar Francine.

Baca juga: Dishub DKI lelang ulang operator mesin TPE

Francine menyatakan, berdasarkan dari keterangan Unit Pengelola (UP) Perparkiran Dishub Jakarta menunjukkan bahwa lebih dari setengah mesin parkir elektronik berada dalam keadaan rusak.

"Terkait dengan TPE kita bisa lihat yang non aktif itu 137 dari 201 mesin atau 68,1 persen. Ini angka yang luar biasa besar sekali," kata dia.

Ia mengaku heran ketika parkir di ruas jalan yang terpasang mesin TPE, karena tidak pernah diminta menggunakan mesin oleh para petugas parkir.

Bahkan, Francine, dikenai tarif yang tidak semestinya oleh para petugas yang berusaha mengubah-ubah durasi parkirnya agar ongkosnya bisa menjadi lebih mahal.

"Di Sabang, setahu saya ada mesin TPE tapi sampai saat ini saya belum pernah diminta untuk menggunakan TPE itu oleh juru parkirnya," ucap dia.

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |