Padang (ANTARA) - Pemandangan yang menyejukkan hati terpampang dalam aksi unjuk rasa di depan Kantor Kepolisian Daerah (Polda) Sumatra Barat (Sumbar) pada Jumat (29/8) sore.
Di balik tingginya tensi dan langit sore yang mulai redup, terselip kisah keakraban antara Polisi dengan para peserta unjuk rasa.
Seorang polisi berdiri di tengah barisan massa, namun kehadirannya tidak mendapatkan penolakan atau sinisme dari peserta sama sekali.
Mereka bergeming seakan tidak terganggu dan tampak tidak keberatan jika laki-laki "Gondrong" yang membawa handy talky (HT) itu hadir bersisian.
Gambaran ini mungkin suatu pemandangan yang langka, apalagi di antara deretan kabar unjuk rasa yang didengar publik dalam beberapa hari terakhir.
Peserta unjuk rasa sore itu memiliki berbagai latar belakang, ada yang mahasiswa, ada juga pengendara ojek dalam jaringan atau yang biasa disebut Ojol.
Polisi yang membaur di tengah barisan tersebut bernama Aiptu David Rico Dermawan, salah satu personel Opsnal Satuan Reserse Kriminal Polresta Padang yang lebih populer disebut sebagai Tim Klewang.
Alih-alih dihindari atau ditolak, polisi yang khas dengan rambut gondrong itu malah didatangi, disalami, dan diajak foto bersama.
David pun meladeni setiap orang yang datang untuk meminta foto atau sekedar bersalam dengan tangan terbuka, ada senyum yang terpampang di wajahnya.
Entah itu dari kalangan mahasiswa atau pengemudi ojek daring, semua disambit tanpa memandang latar belakang.
Kedekatan yang terjalin di antara kedua pihak itu setidaknya mampu menumbuhkan harapan dan optimisme tentang keharmonisan.
Hal itu juga otomatis membuktikan bahwa tidak semua polisi dan masyarakat bisa diadu domba dan hubungannya tidak seburuk yang dikira.
Sekalipun keduanya sedang berada di garis yang berseberangan, satu pihak untuk berunjuk rasa. Sedangkan, satu lainnya untuk mengawal.
"Saya tidak pernah melihat atau memandang mahasiswa sebagai musuh, bagi saya mereka adalah adik-adik saya," begitu terang David kepada ANTARA.
David yang kini menjabat sebagai Komandan Tim II Klewang Satreskrim Polresta Padang memang tidak asing bagi warga Sumbar, terkhusus di Kota Padang.
Di samping tugas rutinnya sebagai Polisi, ia juga aktif di berbagai platform media sosial dengan konten-konten pengungkapan kasus.
Akun Instagramnya @david_wewe2000 kini telah memiliki 157 ribu pengikut, sedangkan YouTube nya David Wewe Official yang memiliki 140 subscriber, dan Tik-tok.
Selain foto bersama, David juga beberapa kali nampak "nimbrung" dengan peserta unjuk rasa di depan Kantor Polda Sumbar pada Jumat sore itu.
Terkadang mereka duduk bersama di aspal yang mulai dingin menjelang malam, ada juga yang berbincang-bincang sambil berdiri.
Tapi apapun posisinya saat itu, yang terpancar adalah suasana akrab tanpa ketegangan.
Momen-momen keakraban itu dapat dilihat di unggahan Instagram sejumlah mahasiswa di Instagram, yang kemudian diunggah ulang oleh akun David @david_wewe2000.
"Masih ada Polisi baik dan mengayomi 'bravo Katim klewang' begitu tulis akun X.K4je yang menampilkan foto mereka sedang melakukan dialog bersama David.
David memandang penyampaian pendapat adalah hak yang diberikan oleh konstitusi kepada rakyat, namun ia mengimbau pelaksanannya dilakukan dengan damai dan hangat.
Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat agar sama-sama menjaga keamanan, menghargai perbedaan, dan mengawal masa depan Indonesia menjadi lebih baik.
Hingga malam menjelang ketika massa mulai bubar, sejumlah orang masih tampak mendatangi Aiptu David yang tetap bertahan di lokasi.
Meski aksi saling dorong pagar sempat terjadi dalam aksi sore itu, namun unjuk rasa bisa diakhiri dengan suasana yang aman dan kondusif.
Apresiasi keharmonisan
Dosen Hukum Universitas Dharma Andalas Dr Defika Yufiandra menanggapi positif kerukunan yang terjalin antara aparat penegak hukum dengan massa di tengah situasi unjuk rasa.
Ia berharap sikap yang demikian dapat terus diperluas supaya keamanan dan kondusifitas bisa terjaga, dan keselamatan kedua belah pihak pun terlindungi.
"Harus banyak personel Kepolisian yang seperti Aiptu David, supaya keamanan bisa lebih mudah dijaga," jelasnya.
Pada bagian lain, Defika juga mendorong Propam Polri untuk memproses para personel yang melakukan pelanggaran secara tegas, baik itu pelanggaran disiplin maupun pelanggaran hukum.
"Proses harus dilakukan secara profesional dan transparan sehingga publik bisa turut mengawasi dan menaruh kepercayaan kepada Polri," katanya.
Pewarta: Rahmatul Laila
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































