Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menyoroti peran strategis intelektual dalam menghadapi banyak krisis yang dihadapi dunia atau polycrisis, termasuk iklim, energi, pangan kesehatan, hingga geopolitik.
"Dunia saat ini tengah menghadapi apa yang disebut sebagai polycrisis, tumpang tindih krisis iklim, energi, pangan, kesehatan, hingga geopolitik yang saling memperkuat dampak satu sama lain," kata Menteri LH/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Hanif dalam di Jakarta, Selasa.
Dia menyoroti Indonesia tidak kebal dari situasi polycrisis. Justru di tengah tantangan itu, kata dia, perguruan tinggi dan para mahasiswa pascasarjana memiliki peran strategis untuk menjadi motor perubahan.
Polycrisis adalah kondisi ketika berbagai krisis besar, seperti iklim, energi, pangan, kesehatan, hingga geopolitik, terjadi bersamaan dan saling memperparah dampaknya.
Baca juga: RI terus berupaya hentikan polusi plastik meski INC-5.2 gagal sepakat
Situasi tersebut membuat tantangan global menjadi semakin kompleks karena satu krisis dapat memperburuk krisis lain, misalnya perubahan iklim yang memicu kerawanan pangan dan konflik sumber daya.
Oleh karena itu,lanjut dia, diperlukan kolaborasi lintas sektor, inovasi, dan kepemimpinan visioner untuk membangun resiliensi bangsa menghadapi era penuh ketidakpastian.
Mengutip laporan UNEP 2024 Navigating New Horizons, Menteri LH Hanif Faisol menekankan bahwa dunia sedang jauh tertinggal dari pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Untuk itu, lanjut dia, diperlukan langkah nyata dalam membangun resiliensi bangsa melalui kebijakan berbasis bukti, inovasi berkelanjutan, serta kolaborasi lintas sektor (pentahelix).
"Indonesia sudah menargetkan agenda strategis seperti pencapaian FOLU Net Sink 2030, transisi energi berkeadilan, dan ekonomi sirkular. Semua ini membutuhkan kontribusi nyata dari kampus, baik dalam bentuk riset, inovasi teknologi hijau, maupun penguatan literasi publik," kata Menteri LH Hanif Faisol.
Baca juga: Menteri LH nyatakan komitmen RI akhiri polusi plastik pada INC Jenewa
Dalam pesan yang disampaikan saat dalam Orientasi Pendidikan dan Kemahasiswaan Mahasiswa Baru Pascasarjana Universitas Brawijaya Tahun Ajaran 2025/2026 di Malang, Senin (18/8) itu, Menteri LH terus mendorong agar mahasiswa pascasarjana menjadi intelektual yang bukan hanya akademis, tetapi juga mampu menavigasi kompleksitas zaman.
Lebih jauh ia menekankan transformasi menuju Industri 5.0 yang berpusat pada manusia, keberlanjutan, dan resiliensi.
Perguruan tinggi, menurutnya, harus menjadi pusat pengetahuan (knowledge hub) sekaligus etika publik agar perkembangan teknologi tidak menimbulkan kesenjangan baru, melainkan menjadi instrumen solusi untuk kesejahteraan sosial dan keberlanjutan lingkungan.
"Indonesia Emas 2045 hanya bisa diwujudkan apabila kita melahirkan intelektual pascasarjana yang profesional dalam bidangnya, berintegritas menjunjung etika, dan visioner melihat tren global," kata Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq.
Baca juga: KLH: Tipiring bagi pelanggar ketentuan emisi guna beri efek jera
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.