Jakarta (ANTARA) - Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara adalah salah satu tempat yang menyimpan kisah perjalanan sejarah dan kebudayaan Indonesia yang menjadi bagian warisan dari daerah provinsi tersebut.
Terletak di Kota Manado, museum ini merupakan pusat edukasi yang menyajikan beragam koleksi, mulai dari artefak arkeologi hingga benda-benda etnografi khas masyarakat Sulawesi Utara.
Keberadaannya menjadi jendela bagi masyarakat luas untuk mengenal lebih dalam peradaban dan kearifan lokal yang telah berkembang sejak berabad-abad lalu.
Walaupun sedang dalam kondisi terlantar dan ditutup, mari mengulas kembali jejak sejarah dan koleksi yang ada di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara ini.
Baca juga: Museum Nasional gelar pameran akulturasi Tionghoa di Nusantara
Sejarah awal Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara
Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara merupakan museum bertipe B yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, yang awal didirikan pada tahun 1974 dengan tujuan menjadi tempat penyimpanan dan pelestarian warisan budaya di wilayah ini.
Seiring waktu, museum ini berkembang menjadi pusat penelitian, penyelenggara pameran, dan edukasi bagi masyarakat umum serta akademisi yang tertarik mendalami sejarah dan budaya Sulawesi Utara.
Awalnya, museum ini hanya sekedar tempat penyimpanan benda peninggalan yang ditemukan oleh masyarakat sekitar, seperti Bola Lensun (benda keramik).
Karena jumlah benda peninggalan tersebut semakin banyak ditemukan, pemerintah memutuskan untuk membangun tempat tersebut menjadi museum dalam rangka proyek pengembangan kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara.
Baca juga: Wisata edukatif bareng keluarga, coba museum ini di Jakarta Pusat
Museum mengalami proses pembangunan yang terbagi dalam dua tahap selama era Pelita II. Lokasi museum ditetapkan dipusat kota yaitu di jalan W.R. Supratman No. 72 Manado.
Pembangunan awal dimulai pada tahun 1974-1977 dengan luas 1400 meter persegi, kemudian tahap berikutnya dilaksanakan pada periode 1977-1978 dengan diperluas 11.048 meter persegi.
Museum ini dirancang dengan arsitektur khas rumah adat Minahasa, yang mencerminkan identitas budaya Sulawesi Utara.
Lalu, di dalamnya terdapat berbagai koleksi yang menggambarkan perjalanan sejarah dan kehidupan masyarakat setempat, mulai dari masa pra-kolonial hingga setelah penjajahan.
Selain itu, museum ini juga menyoroti pengaruh budaya asing, khususnya dari masyarakat Tionghoa dan Belanda, yang telah lama berakulturasi dengan penduduk lokal di wilayah Provinsi Sulawesi.
Setelah melewati berbagai proses perencanaan dan pengembangan, museum ini secara resmi dibuka untuk umum pada 9 Januari 1991, berfungsi sebagai lembaga yang mendokumentasikan dan melestarikan warisan budaya serta sejarah daerah.
Baca juga: Film Animasi "Ne Zha 2" pantik perburuan petunjuk kuno di museum
Koleksi sejarah Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara
Sebagai lembaga yang berperan dalam melestarikan budaya, Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara memiliki berbagai koleksi kekayaan warisan sejarah di daerah ini.
Museum ini menyimpan sebanyak 2.810 koleksi yang diklasifikasikan ke dalam 10 kategori, yaitu geologi, biologi, arkeologi, keramik, numismatik, sejarah, etnografi, filologi, seni rupa, dan teknologi.
Di antara berbagai koleksi bersejarah yang dipamerkan di museum ini, terdapat peralatan tenun tradisional serta perlengkapan menangkap ikan, yang menunjukkan kehidupan masyarakat Sulawesi Utara pada masa lalu.
Selain itu, museum ini juga menyimpan peninggalan pahlawan pejuang Sulawesi Utara, seperti meja dan kursi milik Maria Walanda Maramis saat mengajar di organisasi pendidikan Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT), penghargaan Alexander Andries Maranis (A.A. Maramis) sebagai putra terbaik Sulut sekaligus pejuang penyusun perumusan Piagam Jakarta dan UUD 1945, serta meja yang digunakan Letkol Ch.Ch Taulu saat memimpin rapat di rumah Mayor Servius Wuisan.
Baca juga: Jelajahi museum unik yang hanya ada di Indonesia, berikut lokasinya
Bahkan, di dalam museum terdapat berbagai koleksi spesimen langka ikan coelacanth, dan peninggalan pahlawan Kiai Modjo (berupa sorban, keris, tasbih dan pelindung dada) hingga pengikut Tuanku Imam Bonjol sebagai saksi awal penyebaran agama Islam.
Tidak hanya itu, Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara juga menyimpan catatan sejarah tanda penyebaran agama Kristen di Minahasa, yakni adanya mimbar peninggalan Johann Gotlieb Schwarz.
Berbagai koleksi berharga tersebut dikumpulkan dari penemuan berbagai wilayah di Sulawesi Utara, termasuk Manado, Minahasa, Kepulauan Sangihe, Talaud, Sitaro, serta Bolaang Mongondow, yang menunjukkan kekayaan sejarah dan budaya daerah ini.
Dengan bangunannya yang khas dan berbagai koleksi yang dimilikinya, Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara ini memberikan pengalaman dan wawasan yang luas tentang budaya, sejarah, dan kehidupan masyarakat Sulawesi Utara dari masa ke masa.
Baca juga: Menbud tegaskan Museum Negeri Sulut tidak akan dijual
Baca juga: Fadli Zon ajak Pemkab di Kalbar kembangkan potensi museum
Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025