China siap bekerja sama dengan pemerintahan baru Jerman

3 hours ago 1

Beijing (ANTARA) - China menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintah baru Jerman yang dipimpin oleh partai berhaluan konservatif, Partai Uni Demokrat Kristen (CDU/CSU), yang memenangkan pemilihan federal di Jerman.

"China siap bekerja sama dengan pemerintah federal Jerman yang baru untuk mengonsolidasikan dan mengembangkan kemitraan strategis komprehensif China-Jerman," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Senin.

Partai oposisi Jerman yang berhaluan konservatif, Partai Uni Demokrat Kristen (CDU/CSU), unggul dalam pemilu federal Jerman yang berlangsung Minggu (23/2) dengan meraih hampir 28,5 persen suara, mengamankan keunggulan yang jelas atas partai-partai lain.

"Jerman dan Uni Eropa memiliki signifikansi global. China senang melihat Jerman dan UE memainkan peran penting dalam urusan global, mendukung integrasi Eropa dan kemandirian strategis UE dan kami siap bekerja sama dengan Jerman dan UE untuk terus berkontribusi pada perdamaian dan kemakmuran dunia," tambah Lin Jian.

Selama 53 tahun terakhir hubungan diplomatik, kata lin Jian, China telah memandang hubungannya dengan Jerman dari perspektif strategis dan jangka panjang.

"China mengembangkan hubungan bilateral berdasarkan prinsip saling menghormati, kesetaraan, saling menguntungkan dan mencari titik temu sambil mengesampingkan perbedaan," ungkap Lin Jian.

Pemimpin CDU/CSU Friedrich Merz sudah menyampaikan sambutan kemenangannya dengan menegaskan pentingnya membentuk pemerintahan koalisi yang stabil sesegera mungkin supaya dapat langsung menangani tantangan domestik, memperkuat posisi Jerman di Eropa, dan memulihkan kepercayaan internasional.

Merz juga menyampaikan kritik atas AS dengan menyampaikan prioritas utamanya adalah memperkuat Eropa secepat mungkin sehingga dapat mencapai, selangkah demi selangkah, kemerdekaan sejati dari AS.

Pernyataan Merz muncul setelah meningkatnya ketegangan antara pemerintahan Trump dan pemerintah Eropa dalam beberapa minggu terakhir.

Wakil Presiden AS JD Vance memicu kontroversi awal bulan ini ketika dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich, dia mengkritik pemerintah dan partai politik Eropa karena mengambil sikap menentang partai populis sayap kanan, mengecualikan mereka dari proses politik.

Namun, CDU/CSU tak mendapat suara yang cukup untuk memerintah sendiri, sehingga mereka perlu membina koalisi pemerintahan.

Partai Sosial Demokrat (SPD) Kanselir Olaf Scholz menghadapi kekalahan bersejarah dalam pemilihan tersebut, yang diproyeksikan akan menerima 16,3 persen -- persentase suara terendah untuk partai kiri-tengah sejak 1949.

Sementara itu, partai Alternatif untuk Jerman (AfD) yang berhaluan kanan ekstrem berhasil mengungguli SPD setelah mendapat 20,4 persen suara, naik dua kali lipat dari raihan pemilu sebelumnya. Hasil pemilu menunjukkan AFD kini menjadi kekuatan politik terbesar kedua di Jerman.

Partai Hijau pimpinan menteri luar negeri Annalena Baerbock diperkirakan mendapat 12,3 persen suara, turun 2,4 poin persen dibanding pemilu sebelumnya.

Partai Kiri (Die Linke) yang berhaluan sosialis secara mengejutkan mendapat 8,5 persen suara.

Meski demikian, hasil pemilu belum dapat menunjukkan siapa mitra potensial yang dapat membentuk pemerintahan bersama CDU/CSU, karena dua partai lainnya, Partai Demokrat Bebas (FDP) yang liberal dan partai Aliansi Sahra Wagenknecht (BSW) yang berhaluan kiri populis, terancam gagal masuk parlemen.

Baca juga: Xi Jinping dan Putin bertelepon, bicarakan masalah Ukraina

Baca juga: Shenzhen akan luncurkan 10 miliar yuan untuk genjot industri AI

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |