Mendikdasmen: Sarjana era AI harus berani terima tantangan

2 months ago 20

Medan (ANTARA) - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa makna kesarjanaan dalam era kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI) adalah jangan hanya bangga dengan ijazah yang diraih, namun harus berani menerima tantangan.

Hal itu disampaikan Abdul Mu'ti dalam pidato wisuda 1.950 lulusan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) di Medan, Selasa.

Dalam pidatonya, Abdul Mu’ti mengucapkan selamat kepada 1.940 lulusan jenjang doktor, magister, dokter, dan sarjana, seraya mengajak untuk merenungkan bahwa gelar akademik bukanlah titik akhir, tetapi awal kontribusi nyata bagi bangsa dan umat manusia.

Ia juga menekankan pentingnya pendidikan sebagai kekuatan mobilitas sosial dan simbol kejayaan masa depan dan mengingatkan generasi muda untuk menjauhi pola pikir fatalistik dan fixed mindset yang meyakini kemampuan sebagai sesuatu yang tetap dan tidak bisa berkembang.

Baca juga: Mendikdasmen ajak UMSU ikut berikan solusi pada persoalan pendidikan

Fixed mindset ini dikembangkan oleh Carol S. Dweck, seorang psikolog dari Stanford University. Ini menjadi refleksi penting agar kita tidak mudah menyerah atau takut berubah,” ujarnya.

Ia mendorong lulusan untuk mengadopsi growth mindset, yaitu keyakinan bahwa kecerdasan dan keterampilan dapat terus ditingkatkan melalui usaha dan pembelajaran.

Mendikdasmen juga menekankan pentingnya ilmu sebagai alat kontribusi nyata, bukan sekadar kebanggaan gelar. Ia menyinggung fenomena sosial seperti “Kabur Aja Dulu” sebagai cerminan sikap menghindar dari tanggung jawab.

“Sarjana sejati adalah mereka yang mampu menjadi pemecah masalah (problem solver), bukan hanya penghapal teori atau pemburu gelar,” tegasnya.

Ia pun mengutip penyair dan filsuf Islam Muhammad Iqbal bahwa tokoh besar tidak meratapi nasib, tetapi bangkit untuk menciptakan perubahan.

Baca juga: UMSU perkuat jaringan menuju kampus berkelas dunia

Abdul Mu’ti juga menyoroti tantangan era kecerdasan buatan (AI) yang semakin kompleks. Menurut dia, teknologi harus menjadi alat untuk meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan, bukan menggantikannya. Ia menekankan pentingnya menjaga spiritualitas dan etika dalam kemajuan zaman.

“Kita jangan hanya menjadi pengguna teknologi. Kita harus menjadi generasi yang menanamkan nilai-nilai kebersamaan, kearifan, dan persatuan di tengah pesona AI,” ujarnya.

Mendikdasmen menutup pidatonya dengan ajakan kepada para lulusan untuk terus menjunjung tinggi nilai-nilai teologis Muhammadiyah yang inklusif dan humanis, menggabungkan aspek vertikal (ketuhanan) dan horizontal (kemasyarakatan) dalam kiprah mereka ke depan.

Rektor UMSU Prof Agussani menyampaikan bahwa wisuda ini menjadi momentum penting dalam menegaskan posisi UMSU sebagai kampus yang terus bergerak menuju kelas dunia.

Baca juga: UMSU tingkatkan mutu akademik agar mampu bersaing di kancah global

“Kami menyampaikan selamat kepada para lulusan dan keluarga. Momentum ini bukan hanya perayaan keberhasilan akademik, tetapi juga tonggak penguatan komitmen UMSU dalam menggapai pengakuan internasional,” ujarnya.

Pewarta: Juraidi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |