Mendikdasmen paparkan tantangan penuhi pendidikan khusus bagi ABK 

3 days ago 4

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti memaparkan sejumlah tantangan dalam memenuhi mandat konstitusi terkait pemberian pendidikan khusus bagi murid berstatus anak berkebutuhan khusus (ABK).

Ia mengatakan pihaknya senantiasa berupaya untuk memberikan layanan pendidikan yang inklusif dan berkeadilan, termasuk memberikan pendidikan khusus bagi murid ABK meskipun proses pemenuhannya memang tidak dipungkiri memiliki sejumlah kendala.

“Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 eksplisit menyebutkan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus berhak untuk mendapatkan pendidikan khusus. Dalam menunaikan amanah konstitusi itu, ada berbagai kendala. Sebagian kendala itu adalah kendala teologis, sebagian kendala kultural, dan sebagian adalah kendala finansial,” kata Mendikdasmen Mu'ti di Jakarta pada Jumat.

Berkenaan dengan kendala teologis, ia mengatakan sebagian masyarakat masih memiliki stigma keliru terkait kehadiran anak berkebutuhan khusus sebagai kutukan dari Tuhan yang tidak berhak mendapatkan penghidupan layak, termasuk akses terhadap pendidikan khusus.

“Ini tidak boleh terjadi dan itu adalah pemahaman yang keliru yang harus kita luruskan bersama-sama. Saya berkeyakinan dan kita semua berkeyakinan bahwa semua anak yang lahir di dunia, apapun keadaan mereka, adalah amanah Tuhan yang harus kita berikan pelayanan yang sebaik-baiknya,” tegasnya.

Sementara berkenaan dengan kendala kultural, ia mengatakan sebagian masyarakat juga masih merasa malu ketika memiliki anak-anak berkebutuhan khusus.

Baca juga: Mendikdasmen paparkan pelanggaran TKA, live streaming-jual beli soal

Alhasil, lanjutnya, keluarga cenderung mengabaikan dan mengasingkan anak-anak berkebutuhan khusus dari berbagai aktivitas, khususnya di ruang publik yang dapat meningkatkan kapasitas mereka.

“Sebagian masyarakat masih ada yang merasa malu ketika memiliki anak-anak yang berkebutuhan khusus, yang karena itu kemudian mereka mengasingkan anak-anak itu, bahkan menganggapnya sebagai beban. Ini pun menurut saya pandangan dan sikap sosial maupun kultural yang tidak boleh terus terjadi,” imbuh Mu'ti.

Terakhir, ia pun mengakui pemenuhan pendidikan khusus bagi murid berstatus ABK memang membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya.

Namun demikian, ia menegaskan ketiga kendala tersebut tidak seharusnya menjadi penghalang bagi berbagai pihak untuk terus bergerak dalam mengupayakan pendidikan khusus yang bermutu bagi ABK.

“Murid disabilitas, anak berkebutuhan khusus adalah bagian dari kita semua yang harus kita terima dengan sepenuh jiwa, kita terima dengan penuh rasa cinta, dan kita kembangkan bakat minatnya dengan sepenuh dedikasi yang kita miliki,” ujarnya.

Baca juga: Mu'ti pastikan revitalisasi-perluasan digitalisasi jadi prioritas 2026

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |