Magelang (ANTARA) - Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan substansi dari ajaran Buddha yang minta kepada manusia untuk mengedepankan kehalusan, bukan kekerasan.
"Maka, tadi saya katakan bahwa memang Tuhan yang dalam berbagai perspektif agama itu lebih menonjol sebagai Tuhan feminim, bukan Tuhan maskulin," kata Menag di Magelang, Minggu.
Ia menyampaikan hal tersebut pada kegiatan Indonesia Tipitaka Chanting dan Asalha Mahapuja 2569/2025 di Taman Lumbini kompleks Candi Borobudur.
"Maskulin artinya struggle, menaklukkan, berkuasa. Tapi, Tuhan lebih menonjol sebagai feminim, yaitu nature atau merawat, membina, mengasuh," katanya.
Ia menuturkan, kitab suci juga sama.
Buku-buku sucinya agama Buddha, termasuk juga Hindu dan lain-lain itu lebih menonjol sebagai kitab feminim.
Baca juga: Menag ajak masyarakat tak terbawa arus budaya barat soal pernikahan
Ia menyampaikan, nabi-nabi atau pimpinannya juga lebih menonjol feminim seperti Sidharta Gautama. Tapi, persoalannya kenapa umatnya maskulin.
"Berarti ada masalah di sini, antara ajaran agama dengan pemeluknya itu ada jarak. Semakin berjarak antara agama dan pemeluknya, itu persoalan. Tapi, semakin dekat antara ajaran agama dengan pemeluknya itu semakin indah kehidupan manusia," katanya.
Ia menuturkan, maka kalau ingin menciptakan keharmonisan dalam kehidupan, harus mencintai bukan dengan sesama manusia saja, tapi mencintai pohon, binatang, dan alam semesta.
Baca juga: Kemenag berencana gelar nikah massal dengan cakupan lebih luas
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.