Melestarikan tradisi ikan asap Danau Tonle Sap, Kamboja

3 hours ago 3

Siem Reap (ANTARA) - Di sebuah desa nelayan di tepi Danau Tonle Sap di Kamboja barat laut, para petani pada Selasa (11/2) sibuk membuat ikan asap, sebuah tradisi yang telah ada selama berabad-abad.

Ikan asap telah menjadi makanan pokok masyarakat Kamboja selama berabad-abad. Biasanya, makanan ini dibuat oleh masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Mekong dan sekitar Danau Tonle Sap. Ini merupakan cara tradisional untuk mengawetkan ikan yang akan dikonsumsi atau dijual nanti.

Ikan asap dapat dibuat dari berbagai jenis spesies ikan seperti ikan mas lumpur siam (mud carp), ikan lele Mystus albolineatus, Paralaubuca typus, ikan bleekeri (Micronema bleekeri), ikan lele, dan ikan barb smith.

Soeum Kimse, seorang petugas yang bekerja mengasapkan ikan, di Desa Spean Veng di Distrik Kampong Khleanng, Distrik Soutr Nikom, mengatakan praktik pengasapan ikan telah ada di desa tersebut selama berabad-abad.

Terletak sekitar 50 km di sebelah tenggara Kuil Angkor Wat yang terdaftar di UNESCO, Desa Spean Veng sering mengalami banjir selama musim hujan dan mengalami kekeringan selama musim kemarau akibat siklus pasang surut danau.

"Sejak saya masih kecil, saya sering melihat kakek-nenek dan orang tua saya membuat ikan asap dan saya meneruskan tradisi ini dari mereka sejak 2008," kata pria berusia 40 tahun itu kepada Xinhua. "Ini merupakan bisnis utama kami selama beberapa generasi."

Kimse mengatakan dia membeli ikan dari nelayan untuk diolah menjadi ikan asap, dan menambahkan bahwa untuk membuat ikan asap, ikan terlebih dahulu dibersihkan dengan cara memotong kepalanya dan membuang isi perutnya.

"Setelah itu, ikan yang sudah dibersihkan ditusuk dengan tusuk sate bambu dan dijemur di bawah sinar matahari selama kurang lebih dua jam. Kemudian, ditaruh di rak panggangan kawat dengan ketinggian sekitar 0,5 meter dari atas tanah dan api dinyalakan di bawahnya," katanya.

"Biasanya dibutuhkan waktu sekitar empat hingga lima jam untuk membuat ikan tampak merah dan renyah," tambahnya.

Kimse mengatakan ikan asap dapat disimpan sebagai makanan pokok hingga enam bulan atau lebih jika disimpan di lemari es.

Dia mengatakan ikan asap merupakan salah satu hidangan favorit masyarakat Kamboja, karena dapat dimakan langsung, atau dimakan dengan mangga muda yang dicampur saus ikan, atau digunakan sebagai bahan pelengkap untuk berbagai jenis makanan.

Terletak sekitar 50 km di sebelah tenggara Kuil Angkor Wat yang terdaftar di UNESCO, Desa Spean Veng sering mengalami banjir selama musim hujan dan mengalami kekeringan selama musim kemarau akibat siklus pasang surut danau. Ikan merupakan sumber protein utama bagi masyarakat di negara-negara Asia Tenggara.

Anggota Dewan komunal Kampong Khleanng Touch Bunthoeun mengatakan bahwa masyarakat di komunitas tersebut mencari nafkah antara lain dengan memancing, membuat ikan asap, menyediakan layanan pariwisata, dan bercocok tanam.

"Memproduksi ikan asap merupakan bisnis bagi sebagian warga desa di sini selama beberapa generasi," kata pejabat berusia 50 tahun itu kepada Xinhua. "Sejak masih kecil, saya selalu melihat mereka membuat ikan asap."

Bunthoeun mengatakan sekitar 30 keluarga di area tersebut bekerja sebagai pembuat ikan asap.

"Praktik pengasapan ikan tidak hanya berkontribusi untuk melestarikan tradisi lama ini, tetapi juga membantu menarik wisatawan ke desa terpencil ini," katanya. "Wisatawan penasaran untuk melihat cara tradisional kami dalam membuat ikan asap."

Ikan merupakan sumber protein utama bagi masyarakat di negara-negara Asia Tenggara

Menurut Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Kamboja, ikan menyumbang 76 persen asupan protein rumah tangga di negara kerajaan tersebut, mengingat sektor perikanan memainkan peran penting dalam memastikan keamanan pangan dan mendukung sekitar dua juta pekerja di seluruh Kamboja.

Masyarakat Kamboja diperkirakan mengonsumsi rata-rata 52,4 kg ikan setahun.

Pewarta: Xinhua
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |