Yangon (ANTARA) - Di Yangon, Myanmar, sanggar kerja Gwat Gwat Handicraft memamerkan serangkaian produk kreatif yang terbuat dari limbah batok kelapa, menunjukkan bahwa limbah dapat diubah menjadi karya seni dan bernilai guna.
Kyi Lae Tun (37), seorang wanita yang bertekad untuk mengubah limbah sehari-hari menjadi kreasi berkelanjutan, menjadi pemrakarsa inisiatif ini. Dia memulai bisnis tersebut pada 2019. "Saya pertama kali mendapatkan ide ketika mengunjungi negara-negara tetangga, di mana industri kerajinan tangan berkembang pesat," kenangnya.
"Saya mengikuti kursus pelatihan kerajinan tangan, yang memberi saya dasar untuk memulai sanggar kerja saya sendiri," ujarnya.
"Ini adalah bisnis keluarga saya, dan saya menjalankannya bersama anggota keluarga saya. Kami memproduksi sekitar 50 jenis kerajinan berbahan dasar batok kelapa, mulai dari lampu, wadah tanaman, dan gantungan kunci, hingga barang-barang yang lebih rumit," tutur Kyi Lae Tun.

Produknya dipajang dan dijual di Pusat Kerajinan Tangan Myanmar (Myanmar Handicraft Center), yang mempromosikan kerajinan tradisional dan mendukung perajin skala kecil di seluruh Myanmar.
Beberapa orang mengagumi kerajinan-kerajinan tersebut, namun tidak membelinya karena tidak menganggapnya sebagai barang kebutuhan yang esensial, tambah Kyi Lae Tun.
Pusat tersebut dibuka pada 2022 oleh Departemen Industri Skala Kecil Myanmar yang dinaungi Kementerian Koperasi dan Pembangunan Pedesaan Myanmar. Fasilitas ini memamerkan dan menjual berbagai macam produk tradisional, termasuk kerajinan pernis, tekstil, ukiran kayu, batu permata, barang dari bambu dan rotan, kerajinan batok kelapa, dan kreasi lokal lainnya.
"Pelanggan kami sebagian besar adalah pencinta kerajinan tangan, serta restoran dan hotel yang mencari barang-barang dekoratif," papar Kyi Lae Tun.
"Karena batok kelapa biasanya dibuang sebagai limbah, kami mendaurulangnya menjadi sesuatu yang bermakna. Produk ini alami dan ramah lingkungan," lanjut wanita itu.
"Saat ini, kami menjual sebagian besar kerajinan kami ke pelanggan domestik. Jika kami dapat menjangkau pasar ekspor, usaha kecil seperti kami akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berkembang," ujarnya.

Beberapa orang mengagumi kerajinan-kerajinan tersebut, namun tidak membelinya karena tidak menganggapnya sebagai barang kebutuhan yang esensial, tambah Kyi Lae Tun. Menurut U Tun Lin Oo, yang menjabat sebagai wakil direktur Departemen Industri Skala Kecil Myanmar, kerajinan berbahan dasar batok kelapa merupakan produk lokal, berkelanjutan, dan ramah lingkungan.
Di antara para perajin tersebut adalah Aung Kyaw Oo (71), yang telah menggeluti kerajinan berbahan dasar batok kelapa selama kurang lebih enam tahun. "Saya senang membuat kerajinan tangan karena saya sangat menyukai pekerjaan ini," ujarnya sembari menggosok batok kelapa kasar menjadi permukaan yang halus.
"Yang paling saya sukai adalah produk-produk ini alami dan aman, dan setiap bagian memiliki keunikan tersendiri. Saya suka mengolah limbah menjadi sesuatu yang berharga. Itu tergantung pada kreativitas pembuatnya dan cara pengguna menghargainya," tambah Aung Kyaw Oo.

Menurut U Tun Lin Oo, yang menjabat sebagai wakil direktur Departemen Industri Skala Kecil Myanmar, kerajinan berbahan dasar batok kelapa merupakan produk lokal, berkelanjutan, dan ramah lingkungan
"Negara kami sedang fokus mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dalam upaya ini, kerajinan batok kelapa memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi pertumbuhan UMKM," ujarnya.
Untuk mendukung para perajin, departemen tersebut mengadakan kursus pelatihan kerajinan batok kelapa di daerah-daerah utama penghasil kelapa, termasuk Tanintharyi, Yangon, Ayeyarwady, Rakhine, serta Nay Pyi Taw, dan juga di Pusat Kerajinan Tangan Myanmar, urai U Tun Lin Oo.
Dengan mengubah limbah batok kelapa menjadi produk yang indah dan fungsional, para perajin tidak hanya melestarikan kerajinan tradisional Myanmar, tetapi juga mendukung usaha kecil dan mata pencaharian yang berkelanjutan, tambahnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.