Lavrov: BRICS usahakan arsitektur ekonomi global lebih stabil

2 months ago 5

Istanbul (ANTARA) - Menteri luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Minggu menyatakan bahwa blok ekonomi BRICS sedang berusaha membangun arsitektur ekonomi global yang lebih stabil.

Hal itu disampaikan Lavrov dalam pertemuan puncak BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, sebagaimana pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.

Lavrov melihat organisasi-organisasi regional seperti Uni Afrika, Komunitas Negara-Negara Amerika Latin dan Karibia (CELAC), Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), dan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) semakin berpengaruh.

Selain itu, ada upaya untuk membangun kerangka ekonomi dunia yang baru berdasarkan prinsip kesetaraan, multilateralisme, dan non-diskriminasi.

Menurut Lavrov dengan dinamika global saat ini, BRICS menjadi penggerak transformasi tersebut, yang bertujuan menciptakan arsitektur ekonomi global yang lebih stabil, berdasarkan prinsip universalitas, transparansi, non-diskriminasi, dan akses yang setara terhadap peluang serta instrumen yang tersedia.

"Multipolaritas itu bukan pilihan melainkan realitas objektif yang menggantikan model neoliberal yang ketinggalan zaman, yang sebenarnya dibangun di atas praktik neokolonial," katanya.

Lavrov melanjutkan bahwa kepercayaan menggunakan dolar AS sebagai alat pembayaran yang dulunya dapat diandalkan, kini telah tergoyahkan, dan menambahkan bahwa saat ini, negara-negara berkembang lebih banyak menghabiskan uang untuk membayar utang daripada berinvestasi dalam pembangunan negaranya.

"Situasi juga menjadi tidak terkendali pada negara-negara maju. Bahkan "Amerika Serikat telah mencatat tingkat utang nasional yang mencapai rekor, yaitu sebesar 37 triliun dolar AS (sekitar Rp600 kuadriliun) , dan jumlah tersebut terus meningkat," tambahnya.

Ia mengatakan negara-negara BRICS menyumbang lebih dari 40 persen PDB global berdasarkan paritas daya beli, dan bersama dengan negara-negara mitra, angka ini mencapai 45 persen atau 93 triliun dolar AS (sekitar Rp1,5 kuadriliun), seraya menambahkan bahwa BRICS juga menyumbang lebih dari 20 persen perdagangan global dan hampir setengah dari populasi dunia.

"Pemanfaatan IMF dan Bank Dunia secara terus-menerus dengan tujuan melestarikan praktik neokolonial tidak dapat diterima," tutupnya.

Sumber: Anadolu

Baca juga: AS beri tarif tambahan ke BRICS, Menperin: Percayakan pada negosiator

Baca juga: Hari terakhir KTT BRICS, Prabowo bahas isu lingkungan dan kesehatan

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |