Jakarta (ANTARA) - Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Muhammad Qodari ingin Indonesia bisa mengembangkan industri gim yang berdaya saing, tidak hanya menjadi konsumen gim buatan pengembang dari mancanegara.
Qodari mengemukakan bahwa meskipun memiliki pemain gim dalam jumlah besar, Indonesia sampai saat ini masih menjadi konsumen dari produk-produk gim buatan pengembang dari luar negeri.
"Skala ekonomi gaming luar biasa. Tapi pertanyaannya, kenapa konglomerat gaming ada dari Singapura, bukan di Indonesia? Padahal yang main orang Indonesia, tapi yang bikin gim justru orang Singapura," katanya dalam acara DGVeRS 2025 di Jakarta Selatan pada Sabtu.
Dia mengemukakan pentingnya dukungan terhadap upaya pengembangan ekonomi digital, termasuk pengembangan industri gim, yang menawarkan potensi ekonomi besar.
"Setiap upaya untuk meningkatkan dunia digital kita harus didukung, bukan cuma didukung, tapi sangat didukung. Karena potensi ekonominya luar biasa. Ini pekerjaan masa depan," kata dia.
"Orang yang gagal, negara yang gagal transformasi ke dunia digital, dijamin ketinggalan. Itu akan sangat celaka bagi sebuah negara dengan jumlah penduduk yang besar kayak Indonesia," katanya.
Menurut data pemerintah, jumlah pemain gim aktif di Indonesia saat ini lebih dari 150 juta.
Nilai pasar industri gim diperkirakan mencapai Rp30 triliun pada 2024 dan subsektor industri itu telah menyerap lebih dari 180 ribu tenaga kerja.
"Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai pasar gim terbesar di Asia Tenggara dan peringkat 15 dunia," kata Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya.
Baca juga: Indonesia bukukan transaksi gim Rp273 miliar di Jerman
Baca juga: Kementerian Ekonomi Kreatif dukung pengembangan industri gim lokal
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.