Konsumsi makanan cepat saji bisa pengaruhi kemampuan spasial otak

3 days ago 9

Jakarta (ANTARA) - Hasil studi yang diterbitkan dalam International Journal of Obesity menyoroti konsekuensi terlalu sering mengonsumsi makanan cepat saji dengan kandungan lemak dan gula tinggi terhadap kemampuan spasial otak, termasuk kemampuan dalam menemukan tempat, mengingat rute, dan memperkirakan jarak.

Menurut siaran Medical Daily pada 23 April 2025, dalam studi itu para peneliti dari Universitas Sydney menggunakan labirin realitas virtual dengan penanda untuk menguji kemampuan navigasi 55 peserta muda.

Para peserta menjalani enam kali percobaan yang masing-masing berlangsung selama empat menit untuk menemukan peti harta karun tersembunyi. Jika gagal, kepada mereka diperlihatkan tempat yang benar selama 10 detik.

Dalam percobaan terakhir, harta karun itu dipindahkan, dan para peserta harus menandai lokasinya dari ingatan, menguji seberapa baik mereka telah mempelajari labirin tersebut.

Pola makan para peserta dievaluasi menggunakan kuesioner dan daya ingat mereka diuji dalam latihan mengingat angka.

Baca juga: Waspadai dampak konsumsi makanan cepat saji pada ibu hamil

Baca juga: Cara mengendalikan konsumsi makanan ultra-proses

Para peneliti mencatat, peserta studi yang sering mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan gula olahan merasa sulit mengingat lokasi peti harta karun dibandingkan dengan mereka yang menjalani diet yang lebih sehat.

Hasil studi menunjukkan bahwa pola makan tinggi lemak dan tinggi gula juga dapat merusak hipokampus, wilayah otak yang penting untuk navigasi spasial dan pembentukan memori.

"Penelitian ini memberi kita bukti bahwa pola makan penting untuk kesehatan otak pada awal masa dewasa, periode ketika fungsi kognitif biasanya masih utuh," kata Dr. Dominic Tran dari Fakultas Psikologi Universitas Sydney, yang memimpin penelitian itu.

Namun, para peneliti meyakini bahwa kerusakan kognitif mungkin dapat dipulihkan dengan intervensi pola makan.

"Kabar baiknya adalah kami pikir ini adalah situasi yang mudah dipulihkan. Perubahan pola makan dapat meningkatkan kesehatan hipokampus, dan dengan demikian meningkatkan kemampuan kita untuk menavigasi lingkungan, seperti ketika kita menjelajahi kota baru atau mempelajari rute baru untuk pulang," kata Dr. Tran.

Baca juga: Hindari karsinogenik pada makanan cepat saji untuk cegah risiko kanker

Baca juga: Hati-hati, konsumsi makanan ultra-proses bisa perpendek harapan hidup

Penerjemah: Sinta Ambarwati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |