Ketahanan pangan, cermin kedaulatan dan keadilan sosial

2 months ago 9
Di tengah geliat pertumbuhan produksi yang menggembirakan, kita tetap perlu waspada. Momentum ini harus dijaga dengan kebijakan yang konsisten, partisipasi masyarakat yang aktif, dan dukungan lintas sektor yang solid. Ketahanan pangan adalah maraton,

Jakarta (ANTARA) - Di tengah dunia yang berubah cepat dan penuh ketidakpastian, satu hal tetap menjadi kebutuhan paling dasar dan tak tergantikan, yaitu pangan.

Dalam konteks Indonesia, pembicaraan soal ketahanan pangan tidak lagi cukup hanya berbicara tentang panen dan produksi beras. Isu ini sudah berkembang menjadi persoalan sistemik, menyangkut keadilan akses, keberlanjutan produksi, serta martabat bangsa dalam menjaga kedaulatannya.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan yang cukup, aman, bergizi, merata, dan terjangkau. Artinya, ketahanan pangan tidak hanya bisa dinilai dari seberapa banyak hasil panen, melainkan dari bagaimana pangan tersedia dan bisa diakses oleh setiap warga negara tanpa diskriminasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada kabar baik dari sektor pertanian. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada triwulan pertama 2025, sektor ini tumbuh paling tinggi dibanding sektor lain, dengan kontribusi sebesar 10,52 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Produksi padi meningkat 51,45 persen, sementara jagung tumbuh 39,02 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menjadi indikator positif bahwa upaya revitalisasi pertanian mulai menunjukkan hasil.

Lebih menggembirakan lagi, cadangan beras pemerintah tercatat mencapai 3,5 juta ton, angka tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Hal yang patut diapresiasi, seluruh penyerapan beras oleh Bulog hingga Mei 2025 sebanyak 1,8 juta ton, berasal dari produksi dalam negeri. Ini menunjukkan bahwa petani kita mampu memenuhi kebutuhan nasional, tanpa harus mengandalkan impor untuk kategori beras medium.

Produksi beras nasional sepanjang Januari hingga Maret 2025, bahkan tercatat mencapai 8,67 juta ton, meningkat lebih dari 52 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ini disebabkan oleh meluasnya areal panen yang kini mencapai 2,83 juta hektare. Proyeksi BPS menyebutkan bahwa total produksi beras hingga Agustus 2025 bisa mencapai hampir 25 juta ton. Ini memberi ruang optimisme, tetapi juga tanggung jawab, yakni bagaimana menjaga momentum ini agar tidak hanya berumur pendek.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |