Kemenperin sebut sagu jadi bahan baku paling murah untuk bioetanol

2 hours ago 2
Kalau dari nilai bahan bakunya, itu memang sagu yang paling murah untuk bahan baku menjadi etanol saat ini

Jakarta (ANTARA) - Pelaksana tugas Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan sagu merupakan bahan baku paling murah untuk menghasilkan etanol, yang nantinya dapat diolah menjadi campuran dalam bioetanol.

“Kalau dari nilai bahan bakunya, itu memang sagu yang paling murah untuk bahan baku menjadi etanol saat ini,” ujar Putu ketika ditemui di sela pembukaan Pameran Industri Agro yang digelar di Kantor Kementerian Perindustrian Jakarta, Rabu.

Putu menjelaskan, untuk membuat bioetanol dengan harga yang kompetitif, pemerintah perlu mencari bahan baku yang paling murah. Sebab, proses produksi bioetanol relatif sama.

Saat ini, Indonesia memiliki beragam bahan baku yang bisa diolah menjadi etanol, seperti sagu, singkong, jagung, hingga tebu.

“Yang kedua termurah itu cassava (dari singkong). Kalau yang jagung itu sudah agak mahal. Nanti opsinya dibuka, mana yang paling bagus, itu yang didorong,” kata Putu.

Apabila nanti program swasembada gula telah berbuah manis, Putu menilai opsi pengolahan tebu menjadi bioetanol menjadi salah satu potensi yang tinggi.

Program swasembada gula itu terkait dengan perkebunan tebu di Merauke, Papua Selatan.

“Di swasembada gula, itu molasses-nya akan meningkat hasilnya. Sehingga ini juga akan sangat potensial untuk masuk ke biofuel (bahan bakar dari bahan organik),” ucapnya.

Selain itu, Kementerian Perindustrian juga sedang memilah biomassa dari tandan kosong kelapa sawit untuk diolah menjadi etanol. Fraksinasi tandan kosong kelapa sawit dibidik dapat menghasilkan semi-selulosa, yang nantinya bisa diolah untuk menjadi bahan baku bioetanol.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan Presiden Prabowo Subianto menyetujui mandatori campuran etanol 10 persen untuk bahan bakar minyak (BBM), dalam rangka mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap impor BBM.

Bahlil akan memandatorikan atau mewajibkan penggunaan bahan bakar bioetanol 10 persen (E10) pada 2027.

Untuk mengimplementasikan E10 pada 2027, dibutuhkan bahan baku etanol sebesar 1,4 juta kiloliter (KL). Ia mengupayakan agar kebutuhan akan etanol dapat dipenuhi oleh pabrik di dalam negeri tanpa harus mengimpor etanol.

Oleh karena itu, pemerintah akan memberi insentif bagi perusahaan yang membangun pabrik etanol di Indonesia guna mendukung rencana mandatori bioetanol 10 persen (E10) pada 2027.

Wakil Menteri (Wamen) Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu pun menyampaikan perusahaan otomotif dunia asal Jepang, Toyota, tertarik membangun pabrik etanol di Indonesia.

Baca juga: Menko Pangan sebut mandatori bioetanol tumbuhkan perekonomian rakyat

Baca juga: Wamen Investasi sebut Toyota tertarik bangun pabrik etanol di RI

Baca juga: ESDM akan uji kandungan etanol 10 persen di iklim Indonesia

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |