Banjarmasin (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Primer mengunjungi ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kalimantan Selatan (Kalsel) sebagai bagian penilaian dan pendampingan mempersiapkan Labkesda menjadi laboratorium rujukan pemeriksaan skrining bayi baru lahir (newborn screening).
"Kami mengapresiasi setinggi-tingginya komitmen dari Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan yang telah berinisiatif dan berpartisipasi aktif dalam upaya pelaksanaan skrining bayi baru lahir,” kata Perwakilan Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Primer Weni Muniarti di Banjarmasin, Kamis.
Dia menegaskan skrining bayi baru lahir merupakan bagian penting dari agenda transformasi kesehatan nasional yang digagas Kemenkes.
Baca juga: Kemenkes siapkan 12 laboratorium untuk periksa virus Mpox
“Ini adalah komitmen kami dalam transformasi layanan primer, dimana salah satu pilar utamanya adalah pelaksanaan skrining terhadap 14 penyakit kronis, termasuk skrining bayi baru lahir,” jelasnya.
Skrining ini bertujuan mendeteksi tiga parameter penyakit bawaan sedini mungkin pada bayi baru lahir, yaitu hipotiroid kongenital, hiperplasia adrenal kongenital, dan defisiensi enzim G6PD.
“Kami tidak datang untuk menilai atau memberi skor. Kami hadir untuk mendampingi, melihat kesiapan, dan membantu Labkesda Kalsel agar benar-benar siap menjalankan layanan ini dengan baik. Secara dokumen, laboratorium ini sudah memadai dari sisi sarana, alat, hingga sumber daya manusianya. Namun kami juga akan melihat kesiapan dari sisi praktik dan simulasi pelaksanaannya,” kata Weni.
Baca juga: Pemerintah kembangkan labkesmas guna deteksi penyakit lebih dini
Sebelum laboratorium ini ditetapkan sebagai rujukan pemeriksaan bayi baru lahir, kata dia, diperlukan simulasi teknis agar saat implementasi penuh nanti, proses pemeriksaan berjalan optimal, terutama mengingat jumlah bayi baru lahir dari 13 kabupaten/kota di Kalsel yang akan menjadi sasaran program ini.
Kemenkes berharap agar Labkesda Kalsel dapat segera ditetapkan sebagai laboratorium rujukan, sehingga akses masyarakat terhadap layanan skrining bayi baru lahir menjadi lebih dekat dan terjangkau tanpa harus mengirimkan sampel ke luar daerah.
“Harapannya, hasil dari visitasi ini menunjukkan kesiapan yang tinggi sehingga proses pengajuan dan pengoperasian sebagai laboratorium rujukan dapat segera terealisasi,” kata Weni.
Baca juga: Kemenkes sediakan alat diagnosis Enterovirus di Laboratorium Oemijati
Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.