Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut penurunan harga referensi (HR) biji kakao pada periode Oktober 2025 dipengaruhi peningkatan pasokan tanpa adanya kenaikan permintaan.
Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Tommy Andana menyampaikan HR biji kakao periode Oktober 2025 ditetapkan sebesar 7.458,83 dolar AS per MT, turun sebesar 715,90 dolar AS atau 8,76 persen dari bulan sebelumnya.
"Penurunan HR biji kakao dipengaruhi peningkatan pasokan dari negara produsen utama yang tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan," ujar Tommy dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Tommy menjelaskan penurunan ini berdampak pada harga patokan ekspor (HPE) biji kakao pada Oktober 2025 yang turun menjadi 7.047 dolar AS per MT, turun 696 dolar AS atau 8,99 persen dari periode sebelumnya.
Namun, penurunan HR dan HPE biji kakao tidak berdampak pada bea keluar (BK) biji kakao yang tetap 15 persen.
Hal tersebut sesuai Kolom 4 Lampiran Huruf B pada PMK Nomor 38 Tahun 2024.
Sementara itu, HPE produk kulit; HPE pada kayu keping atau pecahan (wood in chips or particle), keping kayu (chipwood), dan kayu olahan dengan luas penampang 1.000-4.000 mm2 dari sortimen lainnya dari hutan tanaman jenis sungkai; dan HPE kayu olahan khusus jenis merbau dengan luas penampang 4.000-10.000 mm2 periode Oktober 2025 tidak berubah dari September 2025.
Namun, ada peningkatan HPE untuk kayu olahan dengan luas penampang 1.000-4.000 mm2 dari jenis merbau, sortimen lainnya jenis eboni, hutan tanaman dari jenis akasia, sengon dan balsa, kayu putih (Eucalyptus), dan lainnya.
Sedangkan, terjadi penurunan HPE pada kayu veneer dari hutan alam dan hutan tanaman; kayu lapis untuk kotak kemasan (wooden sheet for packing box); dan kayu olahan dengan luas penampang 1.000-4.000 mm2 dari jenis meranti, rimba campuran, sortimen lainnya jenis jati, hutan tanaman jenis pinus, gemelina, dan karet.
Baca juga: Indonesia-Prancis bikin proyek penguatan produsen di sektor kakao
Baca juga: Rp9,9 triliun dianggarkan untuk hilirisasi kelapa hingga kakao
Baca juga: Setelah sawit, BPDP dorong penciptaan nilai tambah kelapa dan kakao
Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.