Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) memastikan pembentukan SMA Unggulan Garuda tak menyebabkan dikotomi sekolah favorit dan nonfavorit.
"Tidak ada dikotomi sekolah favorit dan nonfavorit, tetapi yang kita harus pikirkan dalam suatu pembangunan sains dan teknologi dan pembangunan ekonomi negara, kita tentu saja harus membangun talenta dari setiap lapisan," kata Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie di Jakarta, Jumat.
Ia menekankan pembangunan talenta nasional perlu memperhatikan seluruh lapisan, tak terkecuali talenta yang berada di lapisan teratas.
"Jadi bukan dikotomi, tetapi bagaimana secara keseluruhan talenta-talenta itu harus dibangun dan keseluruhannya itulah yang dipentingkan," ujarnya.
Pencanangan SMA Unggulan Garuda, katanya, berdasarkan perhatian Presiden RI Prabowo Subianto, di mana upaya akselerasi kualitas talenta unggulan memerlukan akses khusus terhadap pendidikan sains dan teknologi.
"Oleh karena itu Pak Prabowo Subianto sejak awal ini bahkan sejak Beliau menjadi presiden terpilih, sejak Februari (2024) itu, sudah mencanangkan dan merencanakan bagaimana supaya menumbuhkan sains dan teknologi ini bisa merata dan adil, memberikan keadilan akses terhadap sains dan teknologi," ujarnya.
Baca juga: Kemdiktisaintek evaluasi program Kampus Merdeka
Ia mengemukakan tentang peranan SMA unggul terkait dengan akses pemerataan sains dan teknologi dan keadilan bagi masyarakat.
"Inilah yang dicetuskan oleh Pak Prabowo, program SMA unggul-SMA unggul ini asas yang paling utama adalah memberikan akses, sehingga sains dan teknologi ini menjadi merata dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia," katanya.
Dalam hal ini, Stella menyebutkan Presiden Prabowo menugaskan Kemdiktisaintek dalam pengembangan SMA Unggulan Garuda, termasuk di antaranya sistem penerimaan siswa, guru, perancangan kurikulum, hingga sarana dan prasaran yang berasaskan pemerataan dan keadilan.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro menjelaskan sejumlah wilayah telah ditetapkan dalam pembangunan SMA Unggulan Garuda yang pertama, seperti Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Kurikulumnya juga sangat tinggi standarnya, bahkan dikategorikan sebagai standar pre-universitas. Makanya, pemerintah setuju ini ditingkatkan (tanggung jawab) ke Kemdiktisaintek. Jadi, SMA lain itu kan ditangani provinsi, SMA unggulan ditangani pemerintah pusat," kata dia.
Baca juga: Kemdiktisaintek latih tenaga didik untuk siapkan talenta numerasi
Baca juga: Wamendiktisaintek lepas keberangkatan mahasiswa vokasi UMM ke Jepang
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025