Jakarta (ANTARA) - Pakar hubungan internasional Teuku Rezasyah menilai upaya Donald Trump untuk menarik keluar AS dari Perjanjian Iklim Paris menunjukkan kemungkinan pemerintahannya untuk melakukan industrialisasi.
"Soal iklim, saya perhatikan kemarin itu Trump menggunakan kata kunci manufacturing country. Manufacturing country itu artinya menjadikan masyarakatnya menghasilkan produk. Bukan hanya sekedar membeli-beli lagi," kata Rezasyah kepada ANTARA melalui sambungan telepon pada Selasa.
Dengan mendorong negara itu menjadi negara manufaktur, Trump, kata dia, tampaknya ingin melakukan industrialisasi baru di AS dengan teknologi yang lebih canggih dari yang biasa dan dengan mengandalkan keunggulan komparatif dari masing-masing negara bagian.
"Dan untuk itu akan terjadi banyak pabrik-pabrik baru. Dan otomatis pabrik-pabrik baru dengan produktivitas yang tinggi akan menghasilkan polusi. Tapi, polusi itu bisa dia kendalikan. Tapi, polusinya akan lebih tinggi daripada tahun-tahun silam," katanya.
Kemudian, Rezasyah juga mengatakan keputusan Trump untuk menarik keluar dari perjanjian itu adalah karena dia menilai perjanjian tersebut tidak memberikan banyak manfaat bagi AS, dan negara itu sering kali mendapat tuntutan untuk membantu negara-negara lain dengan anggaran iklim yang sangat besar.
Sementara itu, dengan slogan kampanyenya yang ingin membuat Amerika kembali berjaya, atau Make America Great Again, Trump tampaknya akan menggunakan anggaran yang selama ini digunakan dalam membantu penanganan iklim untuk pemberdayaan di dalam negeri.
"Ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat ini semakin egoistik. Semakin egoistik, semakin mengurangi multilateralisme tapi semakin mengedepankan unilateralisme," katanya.
Meski demikian, meski keluar dari perjanjian, Rezasyah menilai Donald Trump masih akan membantu negara-negara tertentu yang dia anggap perlu dibantu dalam penanganan isu lingkungan hidup.
Sebelumnya, Kantor Berita Turki Anadolu melaporkan pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa Amerika Serikat akan menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris 2016 karena menganggap perjanjian tersebut tidak adil dan berat sebelah.
"Saya segera menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris yang tidak adil dan berat sebelah ini," kata Trump saat parade pelantikan di Capital One Arena di Washington, Senin (20/1).
Baca juga: Trump konfirmasi Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Iklim Paris
Baca juga: Per Juni 2024, Pemerintah catat transaksi bursa karbon Rp36,7 miliar
Pewarta: Katriana
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025