Berlin (ANTARA) - Kebijakan penerapan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan China memicu kritik dan kekhawatiran di Jerman.
Pada Sabtu (1/2) pekan lalu, Trump memerintahkan penerapan tarif 25 persen untuk impor dari Meksiko dan Kanada, serta tarif 10 persen untuk barang-barang dari China. Dia juga mengisyaratkan bahwa Uni Eropa (UE) bisa menjadi sasaran berikutnya, menyebut surplus perdagangan yang terus-menerus dari blok tersebut dengan AS.
Sembari menegaskan kembali komitmen Jerman terhadap hubungan ekonomi dengan AS, Kanselir Jerman Olaf Scholz menekankan bahwa prioritas utama haruslah "menghindari memecah belah dunia dengan banyak hambatan tarif."
Sementara itu Dirk Jandura, presiden Asosiasi Grosir, Perdagangan Luar Negeri, dan Jasa (BGA) Jerman, menyebut tarif itu sebagai "peringatan yang jelas bagi UE dan Ursula von der Leyen," serta menekankan bahwa baik Jerman maupun UE tidak boleh bersikap pasif.
Langkah Trump akan menjadi beban berat bagi rakyat AS, kata Jandura, seraya menambahkan, "Pihak yang selalu dirugikan adalah konsumen akhir, yang akan merasakan kenaikan harga saat membayar."
Perusahaan-perusahaan Jerman juga tengah bersiap menghadapi dampak dari kebijakan ini, mengingat banyak dari mereka yang memasok pasar AS dari Meksiko, terutama di industri otomotif.
Menurut surat kabar Jerman, Handelsblatt, Meksiko telah menjadi tujuan investasi terpenting Jerman di Amerika Latin selama bertahun-tahun, dengan total investasi melampaui 45 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.452) sejak tahun 2000-an.
"Tarif bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan konflik kebijakan perdagangan," kata Friedrich Merz, ketua Uni Kristen Demokrat (Christian Democratic Union) Jerman.
Dia memperingatkan bahwa langkah itu berpotensi memicu reaksi keras di AS, karena kenaikan biaya impor akan mendorong naik inflasi dan membebani langsung konsumen AS.
Volkswagen Group, yang mengoperasikan salah satu pabrik kendaraan terbesarnya di Meksiko, memproduksi hampir 80 persen kendaraan mereka untuk pasar Amerika Utara di Meksiko dan Kanada.
Seorang juru bicara Volkswagen menyuarakan kekhawatiran tentang potensi dampak ekonomi dari tarif tersebut, memperingatkan akan adanya dampak negatif terhadap konsumen AS dan industri otomotif global.
Menurut badan pemeringkat kredit S&P, Kanada dan Meksiko memproduksi sekitar 5,3 juta unit mobil penumpang setiap tahunnya, dengan sekitar 70 persen ditujukan ke AS.
Para importir kemungkinan besar akan membebankan sebagian besar, atau bahkan semua, kenaikan harga kepada konsumen, kata S&P, seraya memperingatkan bahwa biaya tambahan tersebut akan semakin menekan keterjangkauan harga di pasar mobil AS.
Pewarta: Xinhua
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025