Washington (ANTARA) - Amerika Serikat (AS) dilanda gelombang protes di berbagai negara bagian untuk menentang kebijakan dan langkah eksekutif Presiden Donald Trump belakangan ini.
Para demonstran berunjuk rasa dengan tagar media sosial seperti #50501, yang merupakan singkatan dari 50 unjuk rasa, 50 negara bagian, satu hari.
BAGAIMANA BISA TERJADI UNJUK RASA?
Para demonstran turun ke jalan pada Rabu (5/2) untuk merespons berbagai kebijakan pemerintahan Trump, termasuk kebijakan imigrasi yang lebih ketat, pembatalan hak-hak transgender, dan proposal untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza.
Para pengunjuk rasa membawa papan bertuliskan "Tidak ada manusia yang ilegal" lantaran pemerintah mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendeportasi sebanyak mungkin migran tak berdokumen dari AS, lapor ABC News.
Pengunjuk rasa juga menentang langkah pemerintah yang menyasar kelompok LGBTQ+. Pekan lalu, Trump menandatangani perintah yang ditujukan untuk menerapkan restriksi terhadap perawatan afirmasi gender (gender-affirming care) bagi orang-orang di bawah usia 19 tahun.
Selain itu, sebuah proposal kontroversial mengenai relokasi warga Palestina dari Jalur Gaza telah memicu kecaman luas. "Mengirimkan tentara Amerika ke Gaza merupakan gagasan yang tidak berpeluang diloloskan bagi setiap senator," ujar Lindsey Graham, seorang senator Partai Republik untuk Negara Bagian Carolina Selatan.
Banyak kalangan juga yang menyatakan kekhawatiran mereka terhadap Proyek 2025, sebuah kerangka kebijakan yang menguraikan agenda sayap kanan ekstrem dan, menurut reporter BBC Mike Wendling, "akan memperluas kekuasaan presiden dan memaksakan visi sosial yang ultra-konservatif."
Berbagai kekhawatiran terkait pemotongan bantuan luar negeri juga menjadi isu utama lainnya. Di Washington DC, para pengunjuk rasa, termasuk anggota parlemen dari Partai Demokrat dan pekerja nirlaba, berdemonstrasi menentang keputusan pemerintahan Trump untuk merumahkan hampir semua karyawan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), lapor NPR.
USAID mengawasi program-program bantuan kemanusiaan dan pembangunan global AS. Spanduk yang dipegang oleh para demonstran bertuliskan "USAID menyelamatkan nyawa", sebut laporan NPR.
Para pengunjuk rasa mengekspresikan kemarahan mereka tidak hanya kepada Trump, tetapi juga kepada miliarder Elon Musk. Hal ini mencerminkan penolakan kuat terhadap penunjukan Musk sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah AS.
Kekhawatiran bermunculan terkait akses Musk ke data sensitif Departemen Keuangan AS, yang menyatakan bahwa hal itu dapat menyebabkan potensi masalah keamanan.
SEBERAPA BESAR UNJUK RASA TERSEBUT?
Demonstrasi digelar di kota-kota besar dan berbagai ibu kota negara bagian di seluruh AS.
Di Lansing, Negara Bagian Michigan, ratusan orang turun ke jalan di tengah suhu yang sangat dingin untuk menyuarakan penolakan mereka. "Jika kita tidak menghentikannya dan membuat Kongres melakukan sesuatu, kondisi ini merupakan serangan terhadap demokrasi," kata seorang pengunjuk rasa asal Kota Ann Arbor sebagaimana dikutip media setempat.
Ribuan orang melakukan aksi unjuk rasa di St. Paul, Negara Bagian Minnesota. Di Negara Bagian Alabama, ratusan orang berkumpul di luar Gedung DPR untuk memprotes langkah yang menargetkan LGBTQ+, demikian laporan AP.
Di Capitol Iowa, para pengunjuk rasa anti-Trump bentrok dengan peserta acara konservatif tentang hak-hak orang tua. Para pengunjuk rasa berteriak melalui pelantang suara di rotunda selama sekitar 15 menit sebelum aparat penegak hukum turun tangan. Empat orang demonstran diamankan dengan diborgol.
Para pengunjuk rasa melakukan pawai di pusat kota Austin, Negara Bagian Texas.
Di Atlanta, Negara Bagian Georgia, pengunjuk rasa berkumpul di Centennial Olympic Park sebelum bergerak menuju Gedung Capitol Georgia.
Sedangkan di Sacramento, massa berunjuk rasa di luar Gedung DPR Negara Bagian California, yang saat ini dipimpin oleh Partai Demokrat.
Kemudian di Denver, protes digelar di dekat operasi Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai, di mana sejumlah orang ditahan. Di Phoenix, Negara Bagian Arizona, massa meneriakkan "Tak ada kebencian, tak ada rasa takut, imigran diterima di sini," demikian urai laporan tersebut.
Trump telah menandatangani serangkaian perintah eksekutif pada pekan-pekan awal masa jabatan barunya, membatalkan kebijakan-kebijakan pendahulunya mengenai imigrasi, iklim dan isu-isu sosial.
Seiring makin banyaknya perlawanan, gelombang unjuk rasa di seluruh AS menandakan kian meningkatnya penolakan terhadap agenda pemerintahan Trump.
Pewarta: Xinhua
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025