Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aryo Djojohadikusumo menilai ketersediaan gas semakin strategis dan menjadi penopang tercapainya program prioritas nasional seperti ketahanan energi dan ketahanan pangan.
“Tidak mungkin ada ketahanan pangan tanpa pupuk, dan tidak mungkin ada pupuk tanpa gas,” ujarnya dalam Energy Insights Forum bertajuk Gas Outlook 2026: Powering Energy Resilience with Strong Governance, Jakarta, Jumat.
Menurut dia, sebagaimana keterangan resmi yang diterima, keberlanjutan pembangunan akan sangat dipengaruhi ketersediaan energi, terutama gas bumi. Karena itu, lanjutnya, perbincangan terkait gas tak bisa lagi dipandang sebagai isu teknis semata.
Di dalam forum tersebut, Aryo mengingatkan bahwa gas akan menjadi seperempat bauran energi dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 10-15 tahun mendatang, terutama untuk menopang hilirisasi industri strategis yang tengah dikejar pemerintah. Ini berarti ketersediaan gas bakal menentukan keberlanjutan sejumlah prioritas pembangunan.
Senada, Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno di kesempatan yang sama, menyampaikan ketahanan energi dan pangan merupakan dua prioritas utama pemerintahan saat ini, memiliki benang merah yang sama dengan komoditas menjadi titik krusial.
Mengingat pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tinggi, industrialisasi besar-besaran, serta produksi pupuk dan energi yang stabil, ucap Eddy, maka mungkin dicapai apabila pasokan gas aman dan infrastruktur siap.
Baca juga: PGN tempuh laut distribusikan logistik ke korban banjir di Langsa
Baca juga: Atasi kelangkaan gas, SPPG Aceh manfaatkan briket untuk bahan bakar
Baca juga: Energi Mega Persada terbitkan obligasi dengan kupon 6,75-9,25 persen
Direktur Perencanaan Strategis, Portofolio, dan Komersial Pertamina Hulu Energi (PHE) Edy Karyanto menjelaskan bahwa pihaknya memetakan kebutuhan 136 konsumen perjanjian jual beli gas (PJBG), serta proyeksi dari lapangan baru dan yang sedang dikembangkan.
“Demand kita 2.600 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day), sementara kapasitas lifting hanya 2 ribu. Tahun ini shorted, 2026 shorted, bahkan sampai 2034,” ujar Edy.
Meskipun secara nasional terlihat potensi oversupply dari project baru, lanjut dia, realitas infrastruktur dan alokasi ekspor membuat pasokan domestik tetap ketat.
“Ada hal-hal yang harus dikolaborasikan, dari kebijakan sampai kesiapan infrastruktur,” kata Edy.
Baca juga: PGN siagakan Satgas Nataru 2025 jamin keandalan penyaluran gas bumi
Baca juga: BPH Migas: Hilirisasi dorong pertumbuhan ekonomi dan transisi energi
Baca juga: PGN kirim bantuan pangan dan obat-obatan ke lokasi bencana Sumatera
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































