Isu-isu pola makan perlu ditangani cegah tiga masalah gizi

3 weeks ago 18

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyoroti sejumlah isu pola makan nasional yang perlu ditangani dan segera diubah, antara lain penggunaan penyedap rasa sebesar 78 persen dan konsumsi minuman manis tinggi mencapai 52 persen.

"Makanan asin 32 persen, makanan instan 11 persen, dan bahkan, 65 persen masyarakat Indonesia cenderung tidak sarapan setiap hari," kata Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas, dr. Maria Endang Sumiwi dalam keterangan diterima di Jakarta, Rabu.

Endang menyebutkan, data ini menunjukkan bahwa tantangan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia masih sangat besar. Dia pun menyebut bahwa berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023, pengeluaran belanja keluarga untuk rokok dan tembakau hampir setara dengan pengeluaran untuk protein hewani.

Tidak hanya rokok dan tembakau, katanya, tantangan di bidang gizi semakin kompleks dan beragam, termasuk masalah gizi kurang, kekurangan mikronutrien, serta overweight atau obesitas.

“Salah satu masalah yang signifikan adalah stunting pada balita mencapai 21,5 persen, sehingga berpengaruh langsung terhadap kualitas sumber daya manusia kita,” katanya.

Baca juga: SPPG Lamongan kontrol gizi pelajar penerima MBG secara berkala

Adapun masalah gizi kurang pada balita tercatat 8,5 persen, sedangkan anemia pada remaja mencapai 16,3 persen dan anemia pada ibu hamil 27,7 persen. Selain itu, kelebihan berat badan pada remaja tercatat 12,1 persen, sedangkan obesitas pada orang dewasa juga menjadi perhatian serius.

“Untuk itu, kita perlu memberikan prioritas pada pola makan yang bergizi seimbang, terutama bagi anak-anak. Gizi seimbang sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan,” katanya.

Menurut Endang, makanan bergizi seimbang harus mencakup beragam jenis makanan, termasuk sayur dan buah, serta lauk yang kaya protein. Publik juga perlu mengurangi konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak secara berlebihan, ujarnya, serta membiasakan sarapan dan cukup minum air putih setiap hari.

Endang menambahkan, Hari Gizi Nasional (HGN) ke-65 bertema “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat,” yang menyoroti pentingnya pola konsumsi makanan bergizi seimbang dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga Indonesia.

Dia berharap publik mampu memilih makanan yang lebih sehat sebagai asupan sehari-hari, contohnya memilih jus buah tanpa gula daripada minuman berpemanis atau minuman bersoda, serta makanan olahan rumah tangga daripada makanan cepat saji.

"Saat snack time, masyarakat dapat memilih buah-buahan sebagai camilan daripada gorengan atau makanan tinggi gula. Selain itu, sarapan pagi lebih baik daripada melewatkan sarapan pagi," katanya.

Baca juga: Ahli gizi dukung penerapan nutri-grade untuk pilih makanan sehat

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |