Ini keunggulan China sebagai alternatif studi di luar negeri

1 month ago 7

Jakarta (ANTARA) - Dalam beberapa tahun terakhir, China semakin menjadi tujuan populer bagi mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri. Dengan reputasi universitas dan kualitas pendidikannya yang terus meningkat, tak heran China menempati posisi pertama dalam daftar 10 negara tujuan kuliah terbaik di Asia dan kedelapan di dunia pada 2025.

Di balik pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kemajuan teknologi, China menawarkan kualitas pendidikan yang kompetitif dengan biaya relatif terjangkau.

Salah satu mahasiswa yang merasakan langsung pengalaman ini adalah Rafael Arakajati, penerima beasiswa penuh jurusan Teknik Dirgantara di Beijing Institute of Technology (BIT).

Awalnya, Rafael memiliki impian untuk berkuliah di Eropa. Beberapa universitas ternama seperti Warsaw University of Technology di Polandia atau KU Leuven di Belgia sempat menjadi pilihan utamanya. Namun, setelah mempertimbangkan biaya kuliah dan hidup yang tinggi serta persyaratan akademik yang sangat ketat, Rafael pun mulai mencari alternatif lain.

"Pada 2021, kami melihat perekonomian dan perkembangan teknologi China melonjak pesat, dan fakta bahwa mereka membantu Indonesia membangun jalur kereta cepat pertama meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Mereka juga memiliki 5G, membuat kemajuan dalam infrastruktur modern, dan bahkan kedirgantaraan. Selain itu, biaya hidup dan biaya pendidikan cukup terjangkau, mirip dengan Indonesia. Saya pun mulai menyadari ada peluang besar di sana," kata Rafael.

Biaya hidup yang relatif murah, kualitas akademik yang diakui secara global, serta keberadaan komunitas mahasiswa Indonesia di kampus menjadi pertimbangan utama dalam memilih Beijing Institute of Technology, yang juga dikenal memiliki reputasi kuat di bidang teknik.

Lingkungan akademik di China menuntut kemandirian tinggi. "Dosen hanya menjelaskan sekali, selebihnya mahasiswa diharapkan untuk belajar mandiri," jelasnya. Tidak jarang mahasiswa menghadapi tekanan besar selama ujian. "Saya menyaksikan sendiri bagaimana beberapa mahasiswa lokal menangis saat menghadapi ujian yang sulit," ujarnya.

Meski lingkungan belajar terkesan kompetitif dan penuh tekanan, Rafael melihat sisi positifnya. Menurut dia, pola pendidikan tersebut melatih ketangguhan mental dan kemandirian akademik yang sangat berguna untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Suka Duka Adaptasi Budaya

Tidak hanya dari sisi akademik, Rafael juga mengalami berbagai gegar budaya (culture shock). Sebagai seseorang yang tumbuh di lingkungan Asia Tenggara, dia mengira masyarakat China cenderung konservatif dalam mengekspresikan perasaan di tempat umum.

"Namun di Beijing, pemandangan pasangan muda bersikap mesra di tempat umum adalah hal biasa, sesuatu yang cukup mengejutkan bagi saya," ujarnya.

Namun, satu hal yang menurutnya patut diapresiasi adalah tingginya rasa aman di lingkungan kampus.

"Pernah ada kasus teman saya yang meninggalkan koper selama satu hari penuh dan tidak hilang, justru diamankan oleh pihak keamanan kampus," katanya.

Rafael juga belajar menghargai perbedaan budaya dari interaksi dengan mahasiswa internasional dari berbagai negara. "Saya belajar bagaimana budaya Maroko, misalnya, sangat menjaga perasaan orang lain, dan bagaimana budaya Bangladesh sangat menghormati tamu," ujarnya.

Membangun Kemandirian dan Disiplin

Hidup sendiri di negara asing mendorong Rafael untuk membangun kemandirian, mulai dari mengatur kebutuhan sehari-hari hingga mengatur waktu belajar secara efektif.

"Dulu saya tidak terbiasa mengurus cucian sendiri, sekarang sudah menjadi rutinitas," ujarnya.

Di waktu luang, Rafael memanfaatkan kesempatan untuk mengeksplorasi budaya lokal dan melakukan perjalanan ke beberapa kota di China seperti Harbin dan kawasan Hutong di Beijing.

"Perjalanan tersebut memberikan wawasan baru tentang keragaman budaya di China, termasuk sejarah, arsitektur tradisional, dan kuliner khas," katanya.

Bekal Masa Depan: Keterampilan Praktis dan Ketahanan Mental

Rafael tidak menutupi kenyataan bahwa studi di China bukan untuk semua orang.

"Mahasiswa yang tidak terbiasa dengan disiplin dan tanggung jawab akademik kemungkinan akan kesulitan beradaptasi," katanya.

Namun, bagi mereka yang memiliki tekad kuat dan semangat belajar tinggi, dia sangat merekomendasikan untuk mengambil kesempatan ini.

Rafael menyadari bahwa pengalamannya selama studi di China membentuk keterampilan yang sangat relevan bagi dunia kerja.

"Saya tidak hanya belajar teori, tetapi juga membangun keterampilan praktis seperti penguasaan perangkat lunak desain, pemrograman, serta kemampuan memimpin tim dalam proyek-proyek kelompok," katanya.

Lebih dari itu, dia merasa pengalaman ini mengajarkan bagaimana mengatur emosi dan tetap fokus dalam situasi penuh tekanan. "Ketahanan mental yang terasah selama kuliah di China menjadi salah satu aset terbesar saya," katanya.

Salah satu kejutan terbesar yang dirasakan Rafael adalah perbedaan budaya belajar.

"Mahasiswa lokal sangat serius dalam belajar. Bahkan waktu makan siang sering dimanfaatkan untuk belajar di kantin atau ruang kelas," ungkapnya.

"Awal adaptasi mungkin berat, mulai dari proses administrasi hingga adaptasi budaya. Namun setelah melewati masa itu, peluang pengembangan diri sangat besar," tambahnya.

Menatap Masa Depan: Beasiswa sebagai Titik Awal

Rafael memandang beasiswa bukan hanya sebagai fasilitas pendidikan gratis, melainkan sebagai tanggung jawab untuk terus berprestasi.

"Saya berkomitmen untuk menjaga prestasi akademik agar dapat membuka peluang lebih luas di masa depan, termasuk beasiswa lanjutan dan karier profesional yang lebih baik," ujarnya.

Pengalaman Rafael menunjukkan bahwa pilihan kuliah di luar negeri tidak selalu harus menuju Eropa atau Amerika. China, dengan segala tantangan dan peluangnya, mampu membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang lebih tangguh, disiplin, dan berdaya saing tinggi.

"Belajar di China tidak hanya soal meraih gelar, tetapi soal membentuk karakter dan memperluas wawasan dunia," tutup Rafael.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |