Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan Swiss meningkatkan sejumlah kerja sama ekonomi dengan menyelenggarakan the 11th Joint Economic and Trade Commission (JETC) di Jakarta, Senin (29/9).
Menurut keterangan pers Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bern, Swiss, yang diperoleh pada Selasa, disebutkan bahwa pertemuan tersebut diadakan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara, menjelang perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Swiss.
Pertemuan tersebut dipimpin Direktur Jenderal Hubungan Ekonomi dan Kerja Sama Pembangunan Kementerian Luar Negeri RI Dubes Daniel Tumpal Simanjuntak, dan Kepala Hubungan Ekonomi Bilateral Kementerian Ekonomi Swiss Dubes Andrea Rauber Saxer.
Pertemuan tersebut membahas langkah konkret untuk memaksimalkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Swiss.
Pertemuan tersebut membahas sejumlah isu strategis, antara lain kerja sama teknologi kesehatan dan farmasi, pengolahan mineral jarang (critical mineral), infrastruktur hijau, upaya meningkatkan perdagangan dan investasi berdasarkan perjanjian Indonesia-EFTA (European Free Trade Association), Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan perjanjian Indonesia-Swiss Bilateral Investment Treaty (BIT).
Hubungan bilateral Indonesia dan Swiss, yang pada tahun depan berusia 75 tahun, memiliki potensi yang tinggi dalam hubungan ekonomi, khususnya perdagangan dan investasi yang selalu meningkat setiap tahun. Swiss merupakan mitra pertama Indonesia di Eropa untuk perjanjian CEPA dan BIT.
Baca juga: Danantara berangkatkan 36 direksi ke program leadership di IMD Swiss
Di bidang perdagangan, nilai perdagangan untuk 6 bulan pertama pada 2025 mencapai USD3,14 miliar (sekitar Rp52,4 triliun), meningkat lebih dari 100 persen dengan surplus bagi Indonesia di atas USD2,5 miliar (sekitar Rp41,7 triliun) pada 2024. Swiss adalah investor asing terbesar ke-12 bagi Indonesia, dan kedua terbesar dari Eropa.
Investasi Swiss pada 2024 adalah sebesar USD244,9 juta (sekitar Rp4,08 triliun) dan minat investasi terus meningkat, khususnya untuk industri kecil dan menengah yang berbasis teknologi, termasuk teknologi rendah karbon.
Sementara itu, pertemuan JETC dinilai sebagai momentum yang penting dan strategis di tengah situasi ekonomi dunia yang tidak menentu, karena potensi kedua negara masih sangat besar untuk dimanfaatkan bagi kepentingan timbal balik yang saling menguntungkan.
Indonesia memiliki nilai potensial yang sangat tinggi bagi Swiss, karena memiliki posisi strategis dan merupakan pintu gerbang untuk perdagangan yang lebih luas ke ASEAN dan kawasan yang lebih besar, seperti dalam kerangka RCEO (Regional Comprehensive Economic Partnership) Agreement.
Indonesia juga dinilai sebagai basis produksi yang kompetitif dan potensial dalam rangka diversifikasi rantai pasok industri global.
Sebaliknya, Swiss juga dinilai sebagai mitra yang sangat potensial dari Eropa karena potensi ekonomi dan teknologinya. Kedua negara juga memiliki dasar hukum yang kuat, yakni CEPA dan BIT.
Pertemuan JETC juga dinilai sangat strategis dalam mempersiapkan kunjungan Menteri Federal Bidang Ekonomi Swiss, Guy Parmelin ke Indonesia pada 30 September-3 Oktober 2025.
Kunjungan tersebut akan membawa delegasi bisnis yang terdiri lebih dari 22 CEO perusahaan besar asal Swiss. Aktifnya partisipasi sektor swasta dalam kunjungan tersebut juga diharapkan secara konkret akan mendorong peningkatan hubungan ekonomi kedua negara.
Baca juga: RI gandeng Swiss majukan pendidikan vokasi dan energi terbarukan
Baca juga: BI paparkan ketahanan ekonomi Indonesia di forum bisnis Swiss
Pewarta: Katriana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.