INDEF serukan UMKM pahami keberlanjutan usaha lewat strategi tepat

3 days ago 3

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Ekonomi Digital dan UMKM Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Fadhila Maulida menilai industri UMKM saat ini tengah memasuki masa pendewasaan, sehingga harus mulai memikirkan keberlanjutan usaha untuk menjaga daya saing jangka panjang.

Menurutnya, berbagai program pemerintah yang mendorong UMKM go-digital dalam lima tahun terakhir turut mempercepat fase pendewasaan ini, terutama di sektor e-commerce.

“Kita sudah masuk fase pendewasaan marketplace. Subsidi mulai berkurang, tapi value layanan tetap ada. Jadi wajar jika orientasinya profit,” jelasnya dalam video daring yang dikutip, Jumat.

Ia menekankan bahwa pelaku UMKM kini harus memperhatikan kualitas produk serta menjaga hubungan dengan pelanggan.

Baca juga: Shopee secara global rayakan 10 tahun berdayakan UMKM bisnis lokal

Baca juga: Lewis Emma lawan "thrifting" dengan kedepankan daya tahan produk

Salah satu cara yang dinilai efektif adalah memanfaatkan fitur dan program promosi yang tersedia di platform e-commerce.

Promo saat tanggal gajian, kampanye tanggal kembar (double date), hingga gratis ongkir disebut mampu membantu UMKM memperluas jangkauan dan meningkatkan transaksi.

Meski begitu, Fadhila mengingatkan bahwa UMKM harus menghitung seluruh pengeluaran usaha secara cermat, termasuk biaya penggunaan fitur-fitur platform, ke dalam harga pokok
penjualan (HPP). Hal ini penting untuk memastikan usaha tetap menguntungkan.

Struktur biaya harus diperhitungkan sejak awal, termasuk biaya layanan platform. Jangan sekadar membandingkan harga dengan kompetitor,” tambah Fadhila.

INDEF juga mencatat, berdasarkan Survei E-commerce 2024 Badan Pusat Statistik (BPS) dari sekitar 3,81 juta usaha sudah memanfaatkan e-commerce. Namun, dari jumlah tersebut baru 17,8 persen yang benar-benar memiliki akun penjualan di marketplace atau platform digital.

Survei terbaru Katadata Insight Center (KIC) juga menemukan bahwa mayoritas seller e-commerce memandang struktur biaya sebagai bagian penting dari strategi bisnis.

Rata-rata skor persepsi seller terhadap biaya sebagai strategi adalah 8,39 (skala 1–10), sementara biaya sebagai investasi untuk menambah eksposur mendapatkan skor 8,45. Survei KIC yang dilakukan pada 19 September–9 Oktober 2025 terhadap 602 seller UMKM juga mengungkap bahwa admin fee merupakan komponen biaya yang paling sering dikenali
(41,5 persen), diikuti payment fee (34,2 perswn) dan subsidi ongkir (29,1 persen).

Temuan itu menunjukkan bahwa strategi harga dan promosi masih menjadi pendekatan utama untuk menarik pembeli.

Sejumlah seller mulai memandang biaya administrasi dan komponen biaya lainnya sebagai bagian dari investasi yang berpotensi meningkatkan penjualan dan pertumbuhan bisnis UMKM.

”Mayoritas seller benar-benar merasakan hasil dan kontribusi nyata dari biaya yang mereka keluarkan terhadap performa bisnis,” Direktur Eksekutif KIC, Fahridho Susilo dalam risetnya.

Riset KIC juga mencatat, penjual juga memandang komponen biaya ini sebagai investasi (8,45) yang berkontribusi pada peningkatan penjualan dan paparan (exposure) produk. Selain itu, seller menilai dari segi hasil (8,31) dan kontribusi (8,56).

“Temuan ini menunjukkan bahwa strategi harga dan promosi masih menjadi pendekatan utama seller secara umum dalam menarik pembeli dan meningkatkan volume penjualan,” tambah Fahridho.

Tak hanya itu, KIC turut mencatat meningkatnya literasi seller terhadap mekanisme biaya platform. Tingkat pemahaman mereka terhadap perhitungan biaya tambahan atau komisi mencapai skor 8,38, dengan lebih dari 92 persen responden mengaku paham. Hanya sekitar 7,3 persen yang menyatakan masih kesulitan memahami sistem potongan.

Walaupun demikian, INDEF menilai tantangan literasi digital masih cukup besar, terutama bagi seller berusia di atas 30 tahun yang perlu beradaptasi dalam membaca performa usaha berbasis online. Kemampuan mengolah data penjualan untuk merumuskan strategi bisnis juga menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

INDEF menegaskan bahwa peningkatan keterampilan digital UMKM merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan sektor swasta agar pelaku usaha dapat terus berkembang dan naik kelas.

KIC pun mencatat bahwa meski sebagian besar seller telah memahami struktur biaya sebagai strategi bisnis, sekitar 31,7 persen masih mengalami kesulitan dalam mengatur biaya platform dan mengikuti program promo atau kampanye. Sementara itu, kelompok seller lainnya
mengaku sudah cukup nyaman dengan mekanisme biaya yang berlaku.

Baca juga: Fuji Utami ceritakan pengalaman jadi bintang iklan ulang tahun Shopee

Baca juga: Shopee tegaskan komitmen dukung UMKM lewat ekosistem digital

Baca juga: Penjual e-commerce semakin melek biaya promosi platform

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |