Jakarta (ANTARA) - Institute for Essential Services Reform (IESR), think tank di bidang energi dan lingkungan, mengusulkan Agenda Inisiatif Transformasi Energi ASEAN atau ASEAN Energy Transformative Iniative Agenda untuk mendukung percepatan transisi energi bersih di kawasan.
Manajer Program Diplomasi Iklim dan Energi IESR Arief Rosadi mengatakan meskipun ASEAN sudah memiliki kerangka kebijakan yang lengkap untuk netralitas karbon dan perubahan iklim, seperti ASEAN Taxonomy for Sustainable Finance, implementasinya di lapangan masih belum terlihat nyata.
"Melihat modalitas yang kita punya di kawasan, permasalahan dari ASEAN adalah kurangnya agenda konkret dan praktis," kata Arief di Jakarta, Selasa.
Maka dari itu, IESR berinisiatif untuk menjembatani kesenjangan antara visi dan pelaksanaan dengan mengajukan empat pilar utama yang berfokus pada percepatan transisi energi bersih di Asia Tenggara.
Pilar pertama adalah mempercepat pengembangan dan integrasi energi bersih. Salah satu usulannya adalah pembentukan ASEAN Just Energy Transition Partnership, yang diharapkan mampu membuka pendanaan sebesar 130 miliar dolar AS per tahun hingga 2030, guna mendukung perluasan energi terbarukan dan penghentian penggunaan batu bara.
Selain itu, IESR mendorong penguatan ASEAN Power Grid, skema integrasi jaringan listrik di Asia Tenggara. IESR menilai pengembangannya belum signifikan, terutama di negara-negara kepulauan seperti Indonesia dan Filipina.
Menurut Arief, meskipun inisiatif seperti skema Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina (BIMP–EAGA) sudah diusulkan pada 2023 saat Indonesia menjadi Ketua ASEAN, statusnya masih dalam tahap pra-studi.
Pilar kedua IESR mengusulkan agar ASEAN menjadi pusat manufaktur dan perdagangan energi bersih. Salah satu langkah kuncinya adalah meluncurkan Strategi Industri Energi Bersih ASEAN (ASEAN Clean Energy Industrial Strategy) untuk menarik investasi lebih dari 100 miliar dolar AS di sektor tenaga surya fotovoltaik, kendaraan listrik, turbin angin, dan manufaktur hidrogen hijau.
IESR melihat transisi energi dan perubahan iklim bukan hanya sebagai isu lingkungan, melainkan peluang besar untuk mengembangkan industri energi bersih di ASEAN dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan manusia di kawasan.
Usulan strategisnya meliputi pembentukan rantai nilai regional untuk pemrosesan mineral kritis guna memastikan ASEAN menguasai sumber daya penting bagi industri teknologi bersih global. Selain itu, kolaborasi dengan negara ASEAN+3 (Jepang, Korea, dan China) juga didorong untuk memfasilitasi transfer teknologi dan kerja sama industri.
“China sendiri saat ini merupakan pemimpin dalam pengembangan energi terbarukan, termasuk penyimpanan energi, baterai, dan kendaraan listrik,” kata Arief.
Pilar ketiga berfokus pada penguatan pendanaan besar untuk proyek-proyek transisi energi dan pembangunan hijau. IESR meyakini bahwa dengan mengoptimalkan posisinya, ASEAN dapat menarik pendanaan yang lebih besar untuk mendukung proyek-proyek ini.
Untuk mencapai ini, IESR mengusulkan beberapa langkah strategis, seperti memperluas ASEAN Green Taxonomy untuk menarik investor institusional global dan obligasi hijau, serta mengembangkan platform investasi hijau ASEAN (ASEAN Green Investment Platform), yang berpotensi membuka lebih dari 200 miliar dolar AS dalam pendanaan untuk proyek energi bersih dan infrastruktur.
Pilar terakhir yang diusulkan menekankan pentingnya koordinasi kebijakan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Untuk mencapai ini, IESR mengusulkan ASEAN Clean Energy Workforce Initiative. Inisiatif ini akan berfungsi sebagai peta jalan untuk menciptakan lebih dari 3 juta lapangan kerja berkualitas tinggi di sektor manufaktur, teknik, dan inovasi digital.
Selain itu, IESR juga mendorong pengembangan pusat penelitian dan energi bersih ASEAN. Harapannya, ASEAN tak hanya menjadi pasar bagi produk transisi energi asing, tetapi juga mampu mengembangkan teknologi sendiri yang sesuai dengan kebutuhan regional dan dapat bersaing di pasar global.
Baca juga: Wapres minta ASEAN percepat transformasi energi ramah lingkungan
Baca juga: Presiden usul BIMP-EAGA jadi pusat ketahanan pangan, energi di kawasan
Baca juga: Pertamina pimpin satgas energi bersih di kawasan ASEAN
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.