ICDX siapkan teknologi untuk dukung pasar perdagangan REC

2 months ago 9

Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Fajar Wibhiyadi mengatakan pihaknya telah menyiapkan teknologi maupun infrastruktur perdagangan yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mendukung pasar perdagangan Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC).

"Sebagai bursa penyelenggara perdagangan, kami telah menyiapkan teknologi maupun infrastruktur perdagangan yang dapat dimanfaatkan masyarakat," katanya dalam agenda peresmian pasar perdagangan REC, yang dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Infrastruktur ICDX disebut telah terkoneksi dengan sistem registri dari Evident I-REC dan APX TIGRs (Tradable Instruments for Global Renewables, sistem daring yang dikembangkan oleh APX untuk melacak dan memverifikasi Sertifikat Energi Terbarukan) sesuai dengan standar internasional.

ICDX optimis perdagangan REC akan terus berkembang seiring upaya pemerintah dalam peningkatan pemanfaatan energi terbarukan yang diyakini bisa menjadi katalis positif dalam perdagangan REC.

Pengamat ekonomi dan senior consultant energi terbarukan J Bely Utarja menilai perdagangan REC ini merupakan hal positif untuk mendukung upaya pencapaian target bauran energi nasional sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN).

Pemanfaatan REC disebut dapat mendorong penggunaan energi terbarukan tanpa perlu terlebih dahulu mengubah sistem ketenagalistrikan secara langsung.

Dengan mekanisme ini, lanjutnya, dapat memberikan fleksibilitas kepada pelaku usaha untuk turut berkontribusi dalam mendukung pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia.

"Bagi pelaku usaha, REC merupakan instrumen yang efisien untuk menunjukkan penggunaan energi terbarukan, termasuk untuk pemenuhan komitmen ESG. REC juga meningkatkan reputasi selain kesiapan terhadap penerapan regulasi seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) pada produk-produk ekspor," ujar dia.

REC merupakan sertifikat atas produksi tenaga listrik yang dihasilkan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT) sesuai standar yang diakui secara nasional dan/atau internasional. Dalam perhitungannya, satu REC akan setara dengan satu MWh (Megawatt-hour).

Terkait energi terbarukan, pemerintah Indonesia dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) menargetkan sebanyak 42,6 gigawatt (GW) atau 76 persen dari total kapasitas pasang pembangkit listrik di Indonesia berasal dari EBT.

Di Indonesia, potensi energi baru terbarukan mencapai 4.686 GW yang berasal dari surya, angin, hidro, bioenergi, panas bumi, dan arus laut, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2024.

Perdagangan pasar fisik tenaga listrik terbarukan sebagai komoditi di Bursa Berjangka telah berjalan di beberapa negara seperti di India Energy Exchange, European Energy Exchange, Intercontinental Exchange Amerika Serikat, Xpansiv Australia, Air Carbon Exchange Singapura serta Bursa Malaysia.

Adapun pasar perdagangan REC dibuka Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti.

Perdagangan REC merupakan implementasi dari persetujuan yang diberikan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia kepada ICDX menjadi bursa penyelenggara Perdagangan REC.

Baca juga: Bursa Karbon RI incar 150 pengguna jasa di akhir 2025

Baca juga: Transaksi Bursa Karbon RI ungguli negara lain

Baca juga: Bursa Karbon catat volume transaksi 690.675 ton CO2e di kuartal I-2025

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |