Jakarta (ANTARA) - “Jakarta is not for everybody” adalah ungkapan yang kerap muncul di media sosial ketika netizen membicarakan kehidupan di Ibu Kota.
Tidak semua orang mampu bertahan menghadapi kualitas udara Jakarta, begitu pula dengan kemacetan panjang dan kebisingan lalu lintas yang seolah tak pernah berhenti. Tinggal di Jakarta berarti harus siap menjalani gaya hidup yang serba cepat dan individualis.
Dengan segala dinamika dan hiruk-pikuknya, Jakarta sering kali terasa melelahkan bagi warganya yang setiap hari harus bergulat dengan kesibukan kota ini.
Tak jarang, segudang permasalahan yang dimiliki Jakarta membuat banyak mereka merasa penat bahkan mengalami stres.
Pada 2021, hasil riset The Least and Most Stressful Cities Index oleh Vaay menunjukkan bahwa Jakarta berada di urutan ke-9 kota yang memiliki tingkat stres tinggi dengan skor 48,1.
Selain itu, berdasarkan hasil skrining kesehatan jiwa dalam kesehatan program cek kesehatan gratis per 15 Agustus 2025, diketahui sebanyak 135.777 orang kemungkinan mengalami gejala depresi dan 118.143 orang mengalami gejala cemas.
Kedua kondisi tersebut paling banyak ditemukan di Jakarta, dengan angka gejala depresi tercatat 10 kali lipat lebih tinggi dan gejala kecemasan 7 kali lipat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional.
Baca juga: Taman Kota di DKI Jakarta yang cocok untuk melepas penat
Ruang hijau di tengah gedung tinggi
Meski demikian, di balik gedung-gedung yang menyimpan tekanan hidup perkotaan, Jakarta masih menyimpan sejumlah taman kota yang menawarkan ketenangan dan keasrian bagi siapa saja yang ingin sejenak beristirahat dari hiruk-pikuk kehidupan urban.
Salah satunya adalah Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK).
Ruang hijau yang berlokasi di kawasan kompleks Gelora Bung Karno atau tepatnya di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, telah menjadi destinasi favorit bagi masyarakat Jakarta yang ingin menikmati suasana berbeda dari keseharian mereka.
Hutan Kota GBK, yang beroperasi setiap Selasa hingga Minggu pukul 06.00–18.00 WIB, hampir selalu dipadati ratusan pengunjung.
Pada akhir pekan, kawasan ini ramai sejak pagi hingga sore hari, sementara pada hari kerja suasana biasanya mulai dipenuhi pengunjung menjelang sore.
“Saat ini buka dari jam enam ketemu jam enam lagi, kalau pengunjung pas Sabtu sama hari Minggu tuh dari pagi ke sore pasti full itu. Kalau hari-hari biasa si ramenya mulai dari jam dua ke atas lah,” ujar Muhidin, staf kebersihan Hutan Kota GBK.
Muhidin melanjutkan bahwa pengunjung yang datang pun berasal dari seluruh kalangan usia, mulai dari bayi, dewasa, hingga lansia.
Baca juga: Ragam rekomendasi wisata libur akhir pekan di Jakarta
Aktivitas pengunjung
Dengan hamparan ruang terbuka seluas 4 hektar, pengunjung bisa melakukan berbagai aktivitas di Hutan Kota GBK ini
Apabila ingin bersantai, Hutan Kota GBK merupakan tempat yang sangat cocok untuk piknik bersama teman atau keluarga. Banyak pengunjung yang membawa tikar dan bekal makanan untuk dinikmati.
“Kita ke sini buat piknik si. Ini udah bawa roti, jus, bolu, oh ini sama tadi temen aku sempet bikin cookies malamnya. Jadi, ya buat piknik santai aja,” Ujar Marina, pengunjung yang datang bersama temannya.
Bagi pengunjung yang ingin berolahraga, tersedia jogging track yang membentang mengelilingi area hutan dengan jalur yang rapih dan teduh di bawah rindangnya pepohonan.
“Tadi aku sebelum duduk aku sempet lari ngelilingin area ini sekitar setengah jam. Kalau aku lebih suka lari di sini, soalnya lebih sepi ketimbang di area stadionnya, tapi tetep sih kalau mau lari harus dateng pagian dikit sebelum rame,” jelas seorang pengunjung, Anisa.

Di tengah Hutan Kota GBK terdapat sebuah kolam ikan koi yang menambah suasana asri dan menenangkan, membuat anak-anak betah berlama-lama memberi makan ikan atau sekedar mengamati gerakannya.
“Sebenarnya tadi kita duduk di deket pintu masuk situ, tapi si adek mau liat ikan katanya, jadi pindah deh ke pinggir kolam, suka banget dia,” kata Arif, seorang ayah yang berkunjung bersama istri dan kedua anaknya.
Baca juga: Ini lima rekomendasi tempat untuk nikmati akhir pekan di Jakarta
Manfaatnya bagi masyarakat
Hammad Zahid Muharram, S.Psi., M.Psi., Psikolog, dosen Psychology for Sustainability dari Fakultas Psikologi Unpad, menyatakan hutan kota tidak hanya berperan sebagai estetika, tetapi juga mampu menunjang kualitas hidup.
Hal ini, menurutnya, berkaitan erat dengan hakikat manusia yang secara alami membutuhkan keterhubungan dengan alam.
“Hakikat manusia itu secara natural adalah koneksi dengan alam. Secara intuitif ia akan mencari tempat hijau. Karena tumbuhan yang hijau-hijau memberikan suatu dampak psikologis untuk kita menjadi lebih tenang,” tuturnya.
Lebih jauh, Zahid menjelaskan bahwa keberadaan hutan kota juga dapat memengaruhi kondisi fisiologis seseorang. Saat seseorang berada di tengah ruang hijau, aktivitas saraf simpatetik akan menurun.
“Menurunnya aktivitas saraf simpatetik akan membuat denyut jantung lebih santai, tekanan jadi lebih menurun, hormon stres atau kortisol juga ikut menurun,” lanjutnya
Efek menenangkan ini dirasakan pula oleh salah satu pengunjung Hutan Kota GBK, Widya, yang bercerita bahwa udara segar serta pemandangan pepohonan yang berpadu dengan siluet gedung-gedung tinggi mampu membuat tubuh dan pikirannya lebih rileks.
Baca juga: Pemprov kembangkan wisata urban di Jakarta
Dari sudut pandang psikologis, Zahid menambahkan, keberadaan hutan kota dapat menjadi salah satu media untuk membantu meredakan kelelahan mental.
“Hutan kota memiliki efek relaksasi. Mungkin kalau ada yang kena gejala anxiety atau depresi, hutan kota bisa jadi salah satu yang membantu dia selain konsumsi obat dan terapi dengan psikolognya,” ucapnhya.
Namun, Ia menegaskan bahwa hutan kota bukanlah faktor tunggal penyembuh kelelahan mental, melainkan berperan sebagai salah satu media pendukung dalam proses pemulihan.
“Jadi, hutan kota itu tidak bisa mengobati. Dia itu ada sebagai fasilitas untuk meredakan. Kalau untuk mengobati ya tetap terapi,” pungkasnya.
Jakarta memang penuh hiruk-pikuk, tapi keberadaan Hutan Kota GBK membuktikan bahwa selalu ada ruang untuk sejenak berhenti, melepas lelah, dan menemukan ketenangan.
Bila Anda belum menyempatkan untuk berkunjung ke Hutan Kota GBK, mungkin inilah saatnya.
Baca juga: Pergerakan turis di DKI capai belasan juta tapi durasi tinggal rendah
Baca juga: Kiat gaet turis tinggal lebih lama di DKI mencontoh Filipina dan Turki
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.