Jakarta (ANTARA) - Kelompok Houthi Yaman, Minggu (4/5), mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal di dekat Bandar Udara (Bandara) Ben Gurion di Israel tengah pada pagi hari waktu setempat.
"Kami menyasar Bandara Ben Gurion, menggunakan rudal balistik hipersonik yang berhasil mencapai target," ujar juru bicara militer Houthi Yahya Sarea dalam pernyataan yang ditayangkan secara langsung di al-Masirah TV yang dikelola Houthi, sebagaimana dilansir Xinhua dikutip di Jakarta, Senin.
"Sistem pertahanan Amerika dan Israel gagal mencegat rudal tersebut," katanya.
Sarea memperingatkan maskapai-maskapai penerbangan internasional agar tidak melakukan penerbangan ke bandara Israel itu, menyatakan bandara tersebut "tidak lagi aman untuk navigasi udara."
Dalam pernyataannya, Sarea menyatakan kelompok tersebut juga melancarkan serangan drone pada Sabtu (3/5) malam waktu setempat, yang menyasar "target vital" di Kota Ashkelon, Israel selatan.
Dia menegaskan kelompok Houthi akan melancarkan lebih banyak serangan terhadap Israel hingga "perang di Jalur Gaza berhenti, dan bantuan kemanusiaan diizinkan masuk kembali ke daerah kantong Palestina tersebut."
Pada Minggu, Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengatakan di platform media sosial X bahwa sirene berbunyi di seluruh Israel tengah setelah sebuah proyektil ditembakkan dari Yaman. Serangan tersebut mendorong jutaan penduduk untuk mengungsi ke tempat penampungan dan ruangan yang aman pada pagi hari.
Yaman telah melakukan serangkaian peluncuran rudal dan drone ke arah Israel sepanjang akhir pekan, dan sebagian besar di antaranya berhasil dicegat. Namun, sistem pertahanan rudal Israel dan AS gagal mencegat rudal yang ditembakkan ke Ben Gurion, bandara tersibuk di Israel.
Layanan darurat Israel, Magen David Adom, melaporkan bahwa seorang pria mengalami luka sedang hingga ringan pada anggota tubuhnya dalam insiden tersebut, sementara dua wanita dan seorang pria lainnya menderita luka ringan.
Menurut sebuah video yang dirilis kepolisian Israel, ledakan yang disebabkan oleh rudal Houthi tersebut mengakibatkan terbentuknya sebuah kawah dengan kedalaman dan lebar beberapa meter di sekitar Bandara Ben Gurion. Otoritas Bandara Israel mengatakan aktivitas lepas landas dan pendaratan ditangguhkan selama sekitar satu jam sebelum kegiatan operasional dilanjutkan kembali.
Tak lama setelah serangan itu, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengancam akan memberikan respons keras. "Siapa pun yang menyerang kami akan diserang (dengan skala) tujuh kali lipat," demikian dia memperingatkan tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut dalam sebuah pernyataan.
Netanyahu diperkirakan akan menggelar pertemuan penilaian keamanan untuk membahas serangan tersebut, menurut pihak kantor sang perdana menteri.
Sejumlah pejabat keamanan senior Israel mengatakan kepada Kan TV News milik pemerintah Israel bahwa setelah serangan Houthi di dekat Tel Aviv, Israel bertekad untuk merespons dengan menggunakan kekuatan. Dia menambahkan, Israel telah menahan diri untuk tidak menyerang Houthi atas permintaan sekutunya, Amerika Serikat (AS), yang telah memimpin serangan udara intens terhadap target-target Houthi di Yaman sejak pertengahan Maret.
"Setelah serangan terhadap Bandara Ben Gurion, kami tidak lagi menganggap diri kami berada di bawah batasan apa pun," kata seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya.
Yaman telah melakukan serangkaian peluncuran rudal dan drone ke arah Israel sepanjang akhir pekan, dan sebagian besar di antaranya berhasil dicegat. Namun, sistem pertahanan rudal Israel dan AS gagal mencegat rudal yang ditembakkan ke Ben Gurion, bandara tersibuk di Israel
Beberapa maskapai penerbangan internasional membatalkan atau mengalihkan penerbangan setelah insiden tersebut. Air Europa, SWISS, Lufthansa, ITA Airways, dan Brussels Airlines telah membatalkan semua penerbangan masuk dan keluar ke dan dari Israel.
Houthi telah mengintensifkan peluncuran rudal dan drone ke Israel dalam beberapa pekan terakhir, di tengah serangan udara AS yang terus berlanjut terhadap posisi mereka di Yaman.
Pasukan Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, terus menjadikan Israel sebagai targetnya sejak November 2023 dalam apa yang mereka sebut sebagai tindakan solidaritas terhadap warga Palestina di tengah perang di Gaza. Kelompok ini telah berulang kali mengatakan akan menghentikan serangannya jika serangan AS berhenti dan Israel mengakhiri kampanye militer dan blokade terhadap Gaza.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2025