Manokwari (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua Barat mencatat jumlah penderita kusta yang terdata hingga tahun 2024 ada 796 orang, dengan prevalensi kasus sebesar 13,76 per 10 ribu penduduk.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Papua Barat dr Nurmawati di Manokwari, Senin, mengatakan penyakit kusta dipengaruhi penularan bakteri mycobacterium leprae.
"Pengobatan penyakit kusta sangat lama, paling cepat itu enam bulan," kata dia.
Dia menyebut penyakit kusta masuk kategori kelompok penyakit kronis yang terabaikan (neglected tropical disease), sehingga strategi penanganan membutuhkan kolaborasi semua pihak terkait.
Jumlah penderita kusta se-Papua Barat tersebar di Manokwari 508 orang, Kaimana 105 orang, Teluk Bintuni 76 orang, Fakfak 29 orang, Teluk Wondama 64 orang, dan Manokwari Selatan 14 orang.
"Deteksi kusta harus rutin karena masa inkubasi panjang, bisa 2 sampai 5 tahun," ujar Nurmawati.
Dia mengatakan pihaknya berupaya meningkatkan kapasitas tenaga medis pada semua fasilitas kesehatan tingkat pertama di Papua barat agar pelayanan terhadap penderita kusta lebih maksimal.
Penanganan kusta memerlukan dukungan pembiayaan pemerintah provinsi dan kabupaten untuk memperoleh obat bagi pasien, karena selama ini distribusi obat berasal dari Organisasi Kesehatan Dunia.
"Obat kusta ini tidak mudah diperoleh, dan masih bergantung dengan bantuan WHO melalui pemerintah pusat," kata dia.
Menurut dia pendistribusian obat kusta disesuaikan dengan jumlah kasus yang teridentifikasi, sehingga setiap pusat layanan kesehatan harus memperhatikan ketersediaan pasokan obat secara cermat.
Reaksi obat yang dikonsumsi oleh penderita kusta berbeda dari penyakit kronis lainnya, dan hal tersebut menyebabkan sejumlah penderita memilih untuk tidak melanjutkan pengobatan.
"Termasuk stigma masyarakat yang masih sangat kuat, membuat penyakit kusta enggan membuka diri untuk disembuhkan," ucap Nurmawati.
Dia mengajak seluruh masyarakat di Papua Barat pro aktif memeriksakan diri ke dokter penyakit kulit atau fasilitas kesehatan terdekat, apabila timbul bercak putih yang mati rasa pada tubuh.
Penanganan penyakit kusta juga menjadi prioritas dari Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (BP3OKP) Papua Barat untuk mewujudkan misi Papua Sehat.
"Saat ini kami sedang masifkan kegiatan kemoprofilaksia (pemeriksaan kontak erat), sosialisasi, dan edukasi ke masyarakat," ujarnya.
Baca juga: Perawatan pasien kusta perlu libatkan kolaborasi lintas sektor
Baca juga: Meniti jalan panjang mengeliminasi kusta
Pewarta: Fransiskus Salu Weking
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2025