Hasto serukan kader PDIP respons bencana alam dengan gerakan nyata

2 days ago 2
Serangkaian bencana alam dan banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sebagai tanda bahwa alam raya sedang menuju ketidakseimbangan

Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyerukan kepada seluruh kader partai untuk merespons bencana alam dengan kontemplasi mendalam dan gerakan nyata membantu rakyat.

Seruan tersebut berlandaskan filosofi menghargai kehidupan yang diajarkan Presiden Pertama RI Soekarno atau Bung Karno dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang diyakini sebagai inti dari politik lingkungan hidup partai.

"Serangkaian bencana alam dan banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sebagai tanda bahwa alam raya sedang menuju ketidakseimbangan," ujar Hasto dalam acara Konferensi Daerah Dewan Perwakilan Daerah PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta di Yogyakarta, Sabtu, seperti dikutip dari keterangan yang diterima di Jakarta.

Kalau dilihat secara kebatinan yang tumbuh subur di Yogyakarta, kata dia, maka tampak bagaimana alam raya saat ini terjadi ketidakseimbangan.

Dengan demikian, lanjut dia, terlihat seperti dalam cerita wayang, yang sekarang terjadi huru-hara di Indonesia akibat ulah manusia yang merusak alam.

Hasto menjelaskan inti filosofi tersebut melalui pengalaman dan kebiasaan langsung bagaimana Bung Karno melarang izin konsesi hutan ke korporasi dan Megawati merawat kehidupan dengan tidak mengijinkan penambahan konsesi lahan sawit serta menjadikan gerakan menanam pohon sebagai kultur partai.

Contoh sederhana, sambung dia, Megawati yang mempunyai kebiasaan mengumpulkan biji salak, mangga, lengkeng, dan durian.

"Semua biji-bijian itu dilarang dibuang dan setelah dipersiapkan lalu ditanam, sehingga Ibu Mega memiliki kebun penuh tanaman dari biji-bijian yang dikumpulkan. Setiap biji-bijian, apalagi pohon punya hak untuk hidup," ujar dia.

Hasto menegaskan tindakan sederhana tersebut berasal dari nilai yang ditanamkan Bung Karno dan Megawati tentang merawat Pertiwi yang bertitik tolak dari ajaran Tat Twam Asi (engkau adalah aku, aku adalah engkau).

Dikatakan bahwa setiap pohon juga memiliki jiwa dan kehidupan, sehingga jika masyarakat mencintai pohon, maka pohon bukan hanya menghasilkan oksigen, melainkan juga akan mencintai dan ikut merawat Indonesia.

Dia pun mengaitkan kerusakan lingkungan dengan sistem yang tidak adil, yakni bagaimana lingkungan telah dirusak akibat kapitalisasi kekuasaan politik yang luar biasa, sehingga lahan-lahan hutan dikonversi menjadi lahan-lahan sawit.

"Padahal Ibu Mega mengatakan sawit adalah tanaman yang arogan,” tutur Hasto.

Selain itu, ia menilai bencana alam juga merupakan akibat dari ketiadaan keadilan, terutama dalam penguasaan lahan dan tidak adanya penegakan hukum atas tambang ilegal dan pembalakan liar.

Dirinya menekankan justice for all atau keadilan untuk seluruh rakyat harus menjadi tema sentral, baik dalam mengelola partai, bersikap sesama, maupun dalam perspektif hukum.

Sebagai langkah konkret, dia menginstruksikan kader di Yogyakarta untuk bergerak serentak membersihkan Kali Code dan Kali Winongo dalam rangka Hari Ulang Tahun Partai.

Hasto juga mengajak kader menjadikan kebiasaan Megawati mengumpulkan botol bekas untuk pengurusan tanaman sebagai tradisi PDIP.

Solidaritas sosial juga diwujudkan melalui pengumpulan dana yang akan digunakan untuk membantu rakyat terdampak bencana.

Ia berkeyakinan dengan menginternalisasi filosofi menghargai kehidupan dan memperjuangkan keadilan ekologis, kader PDIP dapat menjadi bagian dari solusi mengatasi ketidakseimbangan alam.

Baca juga: PDIP: Megawati instruksikan bantu korban bencana banjir Sumatera

Baca juga: Hari AIDS Sedunia, PDI Perjuangan: jauhi virusnya, bukan orangnya

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |