Mamuju (ANTARA) - Gubernur Sulawesi Barat Suhardi Duka mengajak masyarakat di daerah itu untuk menjaga dan merawat nilai-nilai budaya, spiritual dan persatuan di tengah arus modernisasi.
"Budaya adalah penuntun untuk menjadi jati diri dan kepribadian kita. Jadi, mari jaga budaya kita di tengah arus modernisasi," kata Suhardi Duka, saat menghadiri ritual massossor manurung, tradisi pembersihan keris pusaka Kerajaan Mamuju, di Mamuju, Sabtu.
Ritual massossor manurung, secara harfiah berarti pembersihan, merupakan prosesi membersihkan pusaka sakral peninggalan Kerajaan Mamuju.
Namun di balik makna fisiknya, upacara ini juga dimaknai sebagai pembersihan diri, refleksi spiritual dan evaluasi terhadap perjalanan kehidupan sosial serta pemerintahan.
Baca juga: Kemenpar: Banyuwangi konsisten sajikan agenda budaya berkualitas
Gubernur menjelaskan bahwa tradisi massossor manurung tidak hanya menjadi simbol pelestarian benda pusaka, tetapi juga bentuk introspeksi dan pembersihan moral bagi seluruh lapisan masyarakat.
"Massossor manurung ini bukan hanya pembersihan benda pusaka, tapi juga pembersihan diri dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan, pemerintahan maupun sosial di setiap masa," katanya.
Ia menilai bahwa budaya tidak hanya harus dijaga secara sakral, tetapi juga bisa dikembangkan menjadi potensi ekonomi daerah melalui pariwisata budaya.
Ia mencontohkan daerah seperti Bali yang mampu menggabungkan nilai spiritual dan ekonomi dalam kegiatan budayanya.
Baca juga: Menbud tegaskan ada program yang bisa diakses pelaku budaya Indonesia
Budaya di era modern seperti sekarang menurut Suhardi, tidak hanya disakralkan, tapi juga bisa dipasarkan.
"Contohnya Bali, orang datang ke sana bukan hanya untuk menikmati alamnya, tapi juga budayanya. Maka tradisi massossor manurung ini bisa kita kembangkan menjadi atraksi wisata budaya yang menarik wisatawan lokal dan mancanegara," terangnya.
Menurutnya, keunikan budaya Mamuju yang berangkat dari kepercayaan bahwa manurung bukanlah benda biasa, melainkan dilahirkan memiliki nilai mistik dan simbolik yang tinggi sehingga dapat menarik perhatian dunia luar.
"Kalau orang asing mendengar bahwa keris ini dilahirkan, pasti mereka penasaran dan ingin tahu bagaimana keyakinan itu terbentuk. Ini daya tarik budaya yang luar biasa jika dikemas dengan baik," katanya.
Baca juga: Dekranas tegaskan komitmen melestarikan batik
Gubernur juga menyampaikan terima kasih kepada Yang Mulia Raja Mamuju dan seluruh Lembaga Adat Kerajaan Mamuju yang terus berkolaborasi dengan pemerintah daerah dalam menjaga nilai-nilai budaya serta menciptakan harmoni sosial.
"Tidak ada pemimpin yang bisa sukses sendiri. Semua butuh kerja sama, kolaborasi dan semangat yang sama untuk membangun kesejahteraan. Visi kita jelas, Sulbar maju dan rakyatnya sejahtera. Itu hanya bisa tercapai jika kita berjalan beriringan," katanya.
Sementara, Maradika (Raja) Mamuju Bau Akram Dai menjelaskan bahwa ritual massossor manurung telah diwariskan turun-temurun sejak tahun 1.500 Masehi.
Ia menyebut ritual ini berasal dari masa pemerintahan Raja Lasalaga, sosok yang diyakini memiliki kembaran bernama Maradika Tammakana-kana atau Raja yang Tak Bisa Berbicara, yang kemudian disebut pusaka manurung.
Baca juga: Menilik kemeriahan Festival Budaya China di Istanbul
Pusaka manurung telah menjadi simbol kekuatan, kepemimpinan dan keadilan di Tanah Mamuju sejak tahun 1500 Masehi.
"Sehingga pada saat sekarang ini anak cucunya dan lembaga adat sering melaksanakan massossor manurung (satu kali dalam dua tahun pada tahun ganjil)," tutur Bau Akram Dai.
Ia juga menjelaskan filosofi lokal yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Mamuju hingga kini, yaitu ‘Sema manginung uai randanna to Mamuju, maka ia to Mamuju’.
"Arti dari filosofi itu adalah, siapa pun yang minum air di tanah Mamuju adalah bagian dari Mamuju dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga kedamaian serta membangun daerah," kata Bau Akram Dai.
Baca juga: Masjid Raudhatul Limpapeh, Gerbang Spiritual dan Ikon Dua Budaya di Tol Serang-Panimbang
Pewarta: Amirullah
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































