Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Melki Laka Lena mengatakan bahwa pengembangan geothermal di pulau Flores akan ditinjau lebih lanjut oleh tim teknis yang dibentuk untuk melihat langsung situasi di lapangan.
“Hal ini untuk menindaklanjuti pendapat masing-masing pihak pengembang, serta para Bupati dan juga WALHI NTT,” katanya dalam keterangan yang diterima di Kupang, Selasa.
Ia mengatakan, pihaknya telah menggelar rapat pembahasan tentang geothermal tersebut di Kupang bersama dengan Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi.
Menurut Melki, nantinya tim yang dibentuk akan turun ke lapangan untuk mengamati kondisi dan isu di masing-masing lokasi yang akan melakukan uji petik sebagai langkah lebih lanjut.
Nantinya bersama dengan para Bupati dan Wakil Bupati bersama jajaran, Gubernur NTT akan turun dan cek satu-satu supaya dapat data dan informasi yang akurat.
”Dalam hal ini ada pro dan kontra dan saya juga ingatkan agar kita bergerak dengan tenang dan hindari pergerakan yang bersifat demo dan provokatif,” ujar orang nomor satu di NTT itu.
Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Pusat, ujar dia, akan meneruskan kebijakan ini. Melki juga mengatakan dirinya tidak akan tutup mata bila ada penolakan ataupun protes di lapangan.
“Kami membuka ruang diskusi dan melakukan komunikasi dengan setiap aspirasi,” ujar dia.
Melki menambahkan bahwa masalah geothermal ini harus segera diselesaikan dengan cepat karena ini salah satu pintu NTT menjadi provinsi yang sejahtera.
Dia menambahkan bahwa untuk pengembangan geothermal saat ini yang sudah berjalan baik dan bagus akan tetap dilanjutkan, dan yang masih kurang atau terkendala dapat diperbaiki sesuai aspirasi. Sementara yang kurang baik atau tidak bisa dikembangkan lagi maka akan ditutup.
Dalam rapat bersama itu, Pemprov NTT berkomitmen memperhatikan beberapa hal di antaranya menjamin transparansi penuh dalam seluruh proses pengembangan panas bumi, termasuk membuka data lingkungan dan hasil audit independen kepada publik,
Kedua, mengutamakan keterlibatan masyarakat adat dan tokoh lokal dalam setiap tahap pembangunan, sejak sosialisasi awal hingga operasionalisasi proyek.
Ketiga, menerapkan prinsip pelestarian lingkungan berbasis kearifan lokal, termasuk sistem reinjeksi air panas, rehabilitasi hutan, dan pemetaan rona awal yang ketat.
Terakhir adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui skema pembagian manfaat, pengembangan infrastruktur, program pendidikan, dan usaha berbasis energi terbarukan.
Baca juga: Kementerian ESDM ingin jadikan Flores sebagai Pulau Panas Bumi
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025