London (ANTARA) - CEO GSMA Ltd. John Hoffman pada Rabu (5/11) mengatakan bahwa integrasi 5G dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di seluruh industri vertikal di China menjadi tolok ukur bagi dunia.
Pada malam menjelang pembukaan World Internet Conference (WIC) Wuzhen Summit 2025, yang akan berlangsung dari 6 hingga 9 November, Hoffman mengatakan kepada Xinhua dalam sebuah wawancara tertulis bahwa acara tersebut memberikan kesempatan untuk merefleksikan satu dasawarsa terakhir - mulai dari peluncuran 5G hingga kebangkitan AI dan miliaran orang yang bergabung dengan ekonomi digital - sembari menatap ke depan untuk membentuk masa depan digital yang lebih cerdas, aman, dan inklusif dalam 10 tahun ke depan.
Era Baru yang Ditentukan oleh Konvergensi
Hoffman mengatakan bahwa industri seluler global sedang memasuki sebuah era baru yang ditandai dengan konvergensi 5G dan AI, yang secara bersama-sama mentransformasi ekonomi dan masyarakat.
Menurut data GSMA, satu dari empat koneksi global saat ini menggunakan 5G, sementara 4,7 miliar orang menggunakan internet seluler, sehingga membentuk sebuah fondasi yang kuat untuk inovasi digital.
"Peluangnya terletak pada pemanfaatan jaringan ini untuk mendukung inovasi berbasis AI - mulai dari pemeliharaan prediktif dan operasi otomatis hingga pencegahan penipuan dan kota pintar," kata Hoffman.
Dia menyampaikan bahwa China terus memimpin secara global dalam inovasi jaringan, dengan 5G menyumbang lebih dari 55 persen dari semua koneksi seluler di negara itu.
CEO GSMA Ltd. John Hoffman berbicara dalam forum bertema "Computing Power Network: Jaringan yang Lebih Cerdas untuk Dunia yang Lebih Cerdas" selama Mobile World Congress 2024 di Barcelona, Spanyol, (27/2/2024). (Xinhua/Gao Jing) Menetapkan Tolak Ukur untuk Industri Vertikal
Hoffman memuji pencapaian China dalam menerapkan 5G dan AI di berbagai industri, seperti manufaktur, logistik, dan operasi pelabuhan. "Integrasi 5G dan AI di seluruh industri vertikal di China menjadi tolok ukur bagi dunia," ujarnya.
Dia menyebutkan beberapa contoh, termasuk sistem pemeliharaan prediktif di pabrik-pabrik China Mobile, operasi derek otomatis China Telecom di Pelabuhan Tianjin, dan sistem pendeteksi penipuan berbasis AI milik China Unicom yang berakurasi 95 persen.
"Kasus-kasus ini menunjukkan kekuatan kolaborasi lintas industri. Mereka menunjukkan bagaimana 5G dan AI dapat mendigitalisasi industri tradisional, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan model terukur yang dapat direplikasi secara global - mulai dari pabrik pintar dan transportasi cerdas hingga logistik dan lainnya," kata Hoffman.
Menjembatani Kesenjangan Digital
Meskipun ada kemajuan pesat, Hoffman memperingatkan soal tantangan yang persisten, menyoroti "kesenjangan penggunaan", di mana 3,1 miliar orang masih belum terhubung dengan internet seluler meskipun ada jaringan.
"Jika AI tidak memahami bahasa atau budaya Anda, maka AI tidak dapat benar-benar melayani kebutuhan Anda," ujarnya, seraya menekankan bahwa akses yang adil terhadap konektivitas dan pengembangan AI berbahasa lokal akan sangat penting dalam memastikan teknologi dapat memberikan manfaat bagi semua komunitas.
"Hambatan seperti keterjangkauan perangkat, literasi digital, dan konten lokal yang relevan harus diatasi untuk memastikan semua orang mendapatkan manfaat dari kemajuan digital," ujarnya.
Untuk mencegah "kesenjangan AI" yang baru, Hoffman menekankan perlunya menggabungkan pengembangan AI multibahasa dengan konektivitas universal.
"Melalui kemajuan dalam model-model besar AI dan 5G, China memberikan kontribusi positif dalam mendorong inovasi digital global dan konektivitas cerdas," tambah Hoffman.
Ke depannya, Hoffman mengatakan bahwa GSMA akan terus memperkuat kolaborasi di China dan sekitarnya. Organisasi tersebut telah mengumumkan 17 kemitraan strategis untuk Mobile World Congress (MWC) Shanghai 2026 tahun depan - yakni MWC edisi ke-13 - yang melibatkan operator-operator besar dan perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka di China.
Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































