Jakarta (ANTARA) - Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (DEPINAS SOKSI) mendukung pemberian gelar pahlawan nasional kepada Presiden Ke-2 Soeharto, sebagai tokoh besar yang berperan penting dalam perjuangan, stabilitas, dan pembangunan Indonesia.
Ketua Umum SOKSI Mukhamad Misbakhun menilai Soeharto adalah sosok yang ikut dalam perjuangan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, sekaligus mengisi kemerdekaan. Soeharto, kata dia, figur pejuang sekaligus negarawan yang mewariskan arah pembangunan nasional yang terencana.
"Presiden Soeharto bukan hanya pemimpin politik, tapi arsitek pembangunan Indonesia modern. Beliau menanamkan pondasi ekonomi dan stabilitas nasional yang kokoh,” kata Misbakhun di Jakarta, Jumat.
Dia menilai kepemimpinan Soeharto selama lebih dari tiga dekade telah membawa Indonesia melewati masa-masa sulit, termasuk ketika dunia dihadapkan pada ketegangan politik dan ekonomi global.
“Di masa-masa sulit itu, Indonesia tetap berdiri tegak karena kepemimpinan beliau yang tegas dan berorientasi pada kestabilan nasional,” kata pimpinan organisasi sayap Partai Golkar tersebut.
Dia juga menekankan bahwa penghargaan terhadap jasa Soeharto seharusnya dilihat dari kontribusinya terhadap bangsa, bukan dari perbedaan politik. Pasalnya, kata dia, pahlawan tidak diukur dari sempurna atau tidaknya seseorang, tetapi dari seberapa besar jasanya bagi bangsa dan negara.
"Dan saya percaya, Soeharto memenuhi kriteria itu,” katanya.
Sebelumnya, Kementerian Sosial mengusulkan sebanyak 40 nama tokoh untuk mendapat gelar pahlawan nasional, termasuk aktivis buruh perempuan asal Nganjuk, Jawa Timur, Marsinah.
Selain Marsinah, Presiden RI ke-2 Soeharto, dan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tokoh lain yang diusulkan, antara lain ulama asal Bangkalan Syaikhona Muhammad Kholil; Rais Aam PBNU K.H. Bisri Syansuri; K.H. Muhammad Yusuf Hasyim dari Tebuireng, Jombang; Jenderal TNI (Purn) M. Jusuf dari Sulawesi Selatan; serta Jenderal TNI (Purn) Ali Sadikin dari Jakarta (mantan Gubernur Jakarta).
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































