Kota Padang (ANTARA) - Ahli Geologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Vulkanologi Ade Edward menduga aliran sungai yang terputus di sekitar Jorong Gantiang, Nagari Singgalang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat dan masuk ke tanah merupakan kawasan bukit kapur.
"Nah, kalau ada sungai yang airnya hilang, ya itu biasanya terjadi pada daerah-daerah kawasan bukit kapur. Kawasan bukit kapur itu kan mudah mengalami pelarutan," kata ahli Geologi dan Mitigasi Bencana Geologi dan Vulkanologi Ade Edward di Kota Padang, Sabtu.
Hal tersebut disampaikan Ade menyusul aliran sungai di Jorong Gantiang, Nagari Singgalang, Kecamatan X Koto tiba-tiba terputus, dan masuk ke dalam tanah pascabencana hidrometeorologi yang melanda daerah itu.
Ade menjelaskan fenomena air sungai yang tiba-tiba putus atau masuk ke dalam tanah di luar aliran biasanya dikenal sebagai peristiwa hilangnya aliran sungai. Dalam banyak kasus, hal ini terkait dengan pembentukan lubang runtuhan (sinkhole). Gejala geologis yang umum terjadi di daerah dengan karakteristik tertentu.
Ade yang juga Direktur Eksekutif Patahan Sumatera Institute tersebut mengatakan pada umumnya di kawasan bukit kapur terdapat rongga, sehingga aliran sungai yang terputus masuk ke dalam yang kemudian membentuk sungai bawah tanah.
"Nah, karakter daerah bukit kapur memang begitu sehingga aliran yang sebelumnya menjadi terputus," jelas Ade.
Meskipun demikian, ia mengatakan butuh kaji cepat di lokasi tersebut untuk memastikan fenomena alam itu. Sebab, dikhawatirkan kondisi itu bisa membahayakan masyarakat terutama jika ada pemukiman di bawah aliran sungai.
Ia menjelaskan fenomena tersebut biasanya muncul karena adanya peningkatan curah hujan dan menyebabkan pergerakan tanah. Oleh karena itu, pemerintah atau pihak terkait perlu segera melakukan kaji cepat agar tidak menimbulkan potensi yang bisa membahayakan.
Dari rekaman video warga, aliran sungai yang di hulu mengalir cukup deras. Sementara, di bagian bawahnya kering karena air masuk ke dalam tanah. Kondisi ini sempat menimbulkan kekhawatiran warga mengingat Sumbar masih dalam suasana belum kondusif setelah dilanda bencana hidrometeorologi.
Baca juga: Dampak bencana, sejumlah sekolah Sumbar butuh alat berat dan relokasi
Baca juga: Pakar: Dampak bencana hidrometeorologi tidak murni faktor iklim
Baca juga: Pusat Riset UNP petakan kawasan terdampak bencana hidrometeorologi
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































