Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kebudayaan menggelar simposium internasional “We Are Site Managers” (WASM) edisi kedua sebagai upaya menyoroti warisan budaya tidak hanya terjaga sekedar memori namun juga menjadi panduan menuju masa depan yang berkelanjutan.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam membuka kegiatan yang digelar di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat itu menegaskan bahwa warisan budaya bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi pijakan penting dalam membangun masa depan yang berakar pada nilai, sejarah, dan identitas.
Simposium yang berlangsung mulai 23 hingga 28 Agustus 2025 itu digelar di tengah lanskap Warisan Tambang Batu Bara Ombilin, sebuah situs Warisan Dunia yang telah diakui UNESCO, sebagai studi kasus utama dan laboratorium hidup.
“Setiap pusaka, termasuk Warisan Tambang Batubara Ombilin yang hari ini menjadi tuan rumah, memiliki perjalanan dan transformasi yang panjang,” kata Menbud dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Ahad.
Menbud Fadli mengingatkan bahwa warisan budaya bukanlah kenangan yang diam, melainkan cermin dari peradaban yang terus bergerak dan berkembang. Menurut dia, dalam mendukung hal tersebut peran pengelola situs warisan dunia menjadi sangat penting. Para pengelola situs tidak hanya berperan sebagai penjaga fisik bangunan dan artefak, melainkan sebagai ideologi dan pemikir yang bekerja langsung di lapangan.
“Mereka memiliki tanggung jawab untuk mengubah situs warisan dari tempat swafoto menjadi ruang refleksi, tempat generasi muda bisa belajar, bertanya, memahami, dan terinspirasi oleh perjuangan dan warisan leluhurnya,” kata Fadli.
Baca juga: Dorong tumpeng eksis global, Menbud: Tumpeng simbol identitas budaya
Tantangan warisan budaya di era modern, lanjut Fadli justru semakin kompleks. Meskipun rantai kolonialisme telah lepas secara fisik, dunia saat ini menghadirkan bentuk-bentuk baru dari “rantai” yang tak kasat mata, yaitu globalisasi yang menyeragamkan budaya dan yang paling berbahaya, hilangnya kesadaran akan sejarah sendiri.
Lebih lanjut, Menbud Fadli juga menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia menempatkan kebudayaan sebagai fondasi pembangunan nasional. Dalam kerangka Agenda Pembangunan Pasca-2030, kebudayaan akan menjadi elemen penting dalam menjawab berbagai tantangan global.
“Indonesia tidak hanya berkomitmen untuk memperkuat kehadirannya dalam peta warisan dunia, tetapi juga ingin menjadikan dirinya sebagai poros peradaban dunia, tempat nilai-nilai luhur masa lalu dibaca ulang untuk menavigasi masa depan,” tegasnya.
Rangkaian simposium diawali dengan jamuan selamat datang di Istana Gubernur Sumatra Barat, diikuti kunjungan ke sejumlah situs penting, seperti Stasiun Kayu Tanam, Stasiun Padangpanjang, dan Perkampungan Tradisional Minangkabau “Padang Ranah Tanah Bato” di Kabupaten Sijunjung yang masuk dalam Daftar Sementara Warisan Dunia UNESCO.
Kegiatan kemudian terfokus di Area A Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto, meliputi Situs Pertambangan dan Kota Tambang di Kota Sawahlunto.
Baca juga: Menyusuri jejak teknologi Belanda di tambang Ombilin
Puncak dari kegiatan ini adalah peluncuran "Dokumen Sawahlunto", sebuah dokumen aksi yang akan menjadi panduan strategis bagi pengelolaan warisan di masa depan. Dokumen ini
dirancang sebagai panduan aksi yang praktis dan adaptif, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga diharapkan dapat menginspirasi komunitas warisan global.
Para peserta tidak hanya mengikuti sesi diskusi panel yang membahas isu-isu krusial dalam pengelolaan warisan budaya, seperti pelestarian warisan industrial, keterlibatan masyarakat,
identitas dan interpretasi warisan manajemen risiko bencana.
Kegiatan itu juga melakukan kunjungan lapangan mencakup perjalanan nostalgia dengan lokomotif tua, ke museum, serta eksplorasi kota tambang dan perubahannya hingga saat ini.
Para peserta dan pembicara panel berasal dari berbagai negara dan institusi ternama, termasuk perwakilan dari UNESCO, ICOMOS Indonesia, serta para pengelola situs dari
sejumlah negara di dunia, yaitu dari Arab Saudi, Tiongkok, Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Australia, Islandia, Inggris, Belanda, juga dari Indonesia.
Menbud Fadli mengajak seluruh pihak untuk menjadikan forum ini sebagai ruang diskusi terbuka, pertukaran best practices, dan melakukan jejaring, hingga menekankan pertemuan itu sebagai titik tolak kolaborasi baru yang konkret dan berkelanjutan.
Wali Kota Sawahlunto, Riyanda Putra menyampaikan bahwa Sawahlunto adalah kota kecil di jantung Sumatra Barat yang menyimpan kekayaan budaya dan sejarah luar biasa, warisan revolusi industri yang diakui dunia melalui penetapan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2019.
Lebih lanjut, Riyanda menuturkan apresiasi mendalam atas kepercayaan yang diberikan kepada Kota Sawahlunto sebagai tuan rumah simposium.
"Sejarah kota kami adalah kisah kemanusiaan, kemajuan teknologi, dan perubahan budaya. Warisan dari para pekerja tambang, yang dikenal sebagai 'orang rantai', masih hidup dalam
solidaritas dan nilai-nilai budaya kami hingga kini," kata Riyanda.
Baca juga: Fadli Zon tegaskan peran sastra sebagai penopang peradaban bangsa
Baca juga: Fadli Zon: Musik memiliki peran dalam mempersatukan bangsa
Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.