Gejala pembesaran prostat dapat mengganggu kualitas hidup pria

1 hour ago 1

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Prof. dr. Chaidir Arif Mochtar, SpU (K), PhD mengatakan pembesaran prostat memiliki gejala yang dapat memengaruhi kualitas hidup pria khususnya usia 60 tahun ke atas.

“Gejala-gejalanya banyak antara lain, yang kita sebut sebagai lower urinary tract symptom, itu adalah gabungan dari gejala iritatif, keluhan akibat gangguan pengisian urine, atau pada saat pengisian kandung kemih, dan gejala obstruktif, keluhan yang terjadi saat berkemih,” kata Chaidir dalam acara diskusi Rezum Water Vapor Therapy untuk pembesaran prostat di Jakarta, Selasa.

Chaidir mengatakan salah satu gejala atau keluhan yang khas dari pembesaran prostat atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), berkemihnya yang lebih sering dari biasanya dan sulit menahan.

Biasanya keluhan ini terjadi pada malam hari yang menyebabkan berkurangnya kualitas tidur dan bisa menyebabkan stres bagi pasien maupun pasangan yang mendampingi.

Chaidir mengatakan sel prostat yang membesar dapat menekan saluran uretra dan membuat pancuran urine melemah, buang air kecil jadi terputus-putus dan ada rasa tidak lampias.

“Gangguan pasca berkemih juga ada rasa gak lampias, baru keluar 5 menit, kok rasanya ingin kencing lagi, itu tidak lampias. Kemudian, urine menetes setelah selesai buang air kecil, biasanya karena masih ada sisa dan sisa itu pelan baru keluar dari uretra. Jadi itu mengganggu pada dasarnya,” kata Chaidir.

Baca juga: Antisipasi faktor risiko pembesaran prostat dengan kurangi peradangan

Chaidir mengatakan jika gejala sudah mengganggu aktivitas maka sebaiknya memeriksakan ke dokter dan melakukan skrining salah satunya dengan Prostate Specific Antigen (PSA) sebagai pemeriksaan penunjang.

Dokter akan memeriksa secara anamnesis, riwayat penyakit metabolik serta konsumsi obat dan kebiasaan yang dapat menyebabkan keluhan berkemih. Skor gejala pembesaran prostat bisa dilakukan dengan International Prostate Symptom Score (IPSS) sesuai standar WHO dengan rentang nilai 0-7 sebagai kategori ringan, 8-19 gejala sedang dan 20-35 diklasifikasi gejala berat.

Terapi yang bisa diberikan antara lain watchful waiting yakni mengawasi sekaligus melakukan kontrol rutin dan memperbaiki gaya hidup. Selain itu farmakologis dengan obat untuk meringankan keluhan pasien, dan pembedahan namun seringkali memiliki keterbatasan dan risiko efek samping termasuk gangguang fungsi seksual atau komplikasi pascaoperasi.

“Dengan hadirnya inovasi seperti Rezum, kita memiliki alternatif terapi yang lebih aman, efektif dan minim invasif untuk pasien BPH,” katanya.

Baca juga: Louis van Gaal sudah bebas dari kanker prostat

Baca juga: RS Mitra Keluarga kenalkan teknologi Rezūm atasi pembesaran prostat

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |