FPKBL kenalkan lilin batik berbahan baku sawit

1 month ago 4

Jakarta (ANTARA) - Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) memperkenalkan lilin untuk membatik yang dibuat dengan bahan baku stearin kelapa sawit melalui kegiatan Workshop Malam (lilin) Batik Sawit di Solo, Jawa Tengah.

Ketua FPKBL Alpha Febela Priyatmono mengatakan lilin batik berbasis stearin kelapa sawit merupakan bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan malam konvensional berbasis petroleum.

"Peserta mendapatkan pelatihan langsung dari para perajin batik di Laweyan mengenai teknik membatik menggunakan malam sawit, mulai dari pencantingan hingga pewarnaan," kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Dalam kegiatan yang diikuti oleh lima peserta dari Malaysia, tersebut, tambahnya, tidak sekedar mengenalkan inovasi bahan baku baru, tetapi juga menjadi bagian dari upaya membangun kerja sama budaya dan ekonomi di kawasan.

"Kami berharap peserta dari Malaysia dapat memahami manfaat penggunaan malam sawit dalam produksi batik, sekaligus membuka ruang kolaborasi yang lebih luas di masa depan," ujar Alpha.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh FPKBL dengan dukungan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) itu digelar di Kampoeng Batik Laweyan, Solo.

Sejak 2022, tambahnya, FPKBL telah bekerja sama dengan RSPO untuk mengembangkan lilin batik sawit sebagai bagian dari inisiatif keberlanjutan di industri kreatif.

FPKBL saat ini tengah menjalani proses sertifikasi RSPO sebagai bentuk komitmen terhadap penggunaan produk sawit yang berkelanjutan.

Sementara itu Deputy Director Market Transformation RSPO Indonesia M Windrawan Inantha, menegaskan bahwa inisiatif ini mencerminkan perluasan peran sawit berkelanjutan ke sektor industri nontradisional seperti kerajinan dan tekstil.

Menurut dia terdapat potensi besar untuk memperluas pemanfaatan produk sawit berkelanjutan di sektor kreatif. Lilin batik sawit adalah contoh nyata bahwa sawit tidak hanya relevan di sektor pangan atau energi, tetapi juga dapat mendukung pelestarian budaya melalui pendekatan yang lebih hijau.

Penggunaan lilin batik sawit, tambahnya, merupakan bagian dari strategi diversifikasi produk hilir kelapa sawit Indonesia yang mengutamakan nilai tambah dan keberlanjutan.

"Ketertarikan peserta dari Malaysia menunjukkan bahwa ASEAN memiliki peluang kuat untuk membangun jejaring inovasi lintas negara yang berbasis pada keberlanjutan dan warisan budaya,” ujarnya.

Windrawan mengharapkan kegiatan serupa dapat diperluas ke negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand dan Vietnam, yang juga memiliki tradisi tekstil kuat.

Dia menambahkan kegiatan tersebut mampu memperkuat kolaborasi lintas negara di bidang budaya sekaligus mendorong penggunaan bahan baku yang lebih ramah lingkungan dalam industri kreatif kawasan.

Baca juga: Batik berbasis lilin dari kelapa sawit diluncurkan di Inacraft

Baca juga: Wamendag sebut pentingnya optimalkan pasar baru untuk ekspor batik

Baca juga: Menperin: Nilai ekspor batik 7,63 juta dolar AS pada triwulan I 2025

Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |