Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyoroti adanya peningkatan signifikan di tahap joint study atau studi bersama di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas), yang menjadi indikator peningkatan minat investasi.
"Dilihat dari perkembangan joint study yang ada sebanyak 24 joint study, hal itu menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan bagi minat investasi,” ucap Koordinator Pengawasan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi, Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Yulianto di Jakarta, Kamis.
Sebanyak 24 joint study tersebut berlangsung pada 2024, naik sekitar 200 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah 8 joint study pada 2023.
Akan tetapi, lanjut dia, pengembangan industri hulu migas tidak cukup sampai di tahap studi bersama. Pemerintah terus mengupayakan perbaikan terms and conditions, regulasi, dan hal-hal lainnya yang terkait.
“Koordinasi antara para pemangku kepentingan termasuk pemerintah daerah sangat penting dilakukan untuk semakin meningkatkan daya saing Indonesia," kata Yulianto.
Yulianto menyampaikan bahwa eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) masih sangat dibutuhkan oleh Indonesia guna memenuhi kebutuhan energi Indonesia selama satu dekade ke depan.
“Dalam rangka meningkatkan produksi migas, mau tidak mau eksplorasi yang harus lebih masif, agresif,” ucapnya.
Dengan sumber daya minyak dan gas bumi yang saat ini tersedia di Indonesia, kata dia, seharusnya Indonesia bisa terhindar dari ancaman krisis energi. Ia menyoroti sekitar 65 dari 128 cekungan yang dimiliki Indonesia yang belum tereksplorasi.
Cekungan tersebut diyakini memiliki potensi cadangan hidrokarbon yang besar. Hal tersebutlah yang dinilai oleh Yulianto memberikan daya tarik kepada para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
"Saat ini industri migas Indonesia masih menarik di tengah berbagai kendala yang terjadi. Pemerintah juga terus mendorong berbagai perbaikan baik dari sisi regulasi maupun fiscal term agar dapat mengakomodir kebutuhan investor," kata dia.
Lebih lanjut, Yulianto juga optimistis jika daya saing industri hulu migas di Indonesia masih menarik, namun tetap harus memperhatikan juga dengan penawaran yang ada di negara-negara lain.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan bahwa terdapat lebih dari 40 investor baru yang tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Kepala Divisi Prospektivitas Migas & Manajemen Data Wilayah Kerja SKK Migas Asnidar berusaha untuk memanfaatkan momentum tersebut dalam menggenjot industri hulu migas Indonesia, sehingga Indonesia dapat masuk ke peta migas global. Terlebih, Indonesia memiliki 128 cekungan yang berpotensi mengandung minyak dan gas bumi (migas).
Saat ini, lanjut dia, hanya 20 cekungan yang sudah berproduksi dan 27 cekungan berada di tahap discovery atau penemuan.
“Indonesia yang selama ini disampaikan sunset (migas) dan lain-lain, dengan adanya momentum ini, kami ingin masuk lagi ke peta migas global. Inilah momentum yang ingin kami kejar,” ucap Asnidar.
Baca juga: Menteri ESDM minta kepala daerah mempermudah izin eksplorasi migas
Baca juga: SKK Migas yakin target lifting minyak 2025 tercapai lewat eksplorasi
Baca juga: SKK Migas sebut peningkatan investasi topang penemuan sumber migas
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025