Ekonom sebut RI punya modal peluang di tengah tantangan global

3 days ago 2
Masih banyak berita baik dari Indonesia yang bisa kita lihat

Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri berpendapat Indonesia memiliki modal yang cukup baik untuk menggali peluang di tengah tantangan global.

“Masih banyak berita baik dari Indonesia yang bisa kita lihat,” kata Yose dalam diskusi virtual bertajuk "IMF Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025-2026 Hanya 4,7%: Indonesia Bisa Apa?" di Jakarta, Senin.

Modal pertama yakni terkait keterbukaan Indonesia terhadap diversifikasi dan relokasi investasi.

Kemudian, Indonesia juga menginisiasi kerja sama respons kolektif dengan negara ASEAN dalam menghadapi dinamika global, bukan hanya melalui negosiasi masing-masing.

Pemerintah juga memiliki program-program yang bisa meningkatkan permintaan, contohnya Makan Bergizi Gratis (MBG). Akan tetapi, Yose menggarisbawahi keberhasilan program ini sangat bergantung pada eksekusinya.

“Kalau bisa berjalan dengan baik, itu bisa menciptakan permintaan. Tapi, ‘kalau’-nya ini besar sekali. Misal, MBG menjanjikan bahwa bisa meningkatkan permintaan. Tapi, ‘kalau’ ini berhasil dan bisa dijalankan dengan baik. ‘Kalau’-nya ini besar sekali sehingga kita perlu perhatikan bersama-sama agar ‘kalau’-nya bisa terpenuhi,” ujar dia.

Lebih lanjut, modal berikutnya adalah tingkat inflasi yang masih rendah. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia pada Maret 2025 terdorong ke level 1,03 persen (year-on-year/yoy) dibandingkan Februari yang mengalami deflasi 0,09 persen (yoy).

“Inflasi kita cukup rendah, sehingga sebenarnya bisa memberikan ruang untuk kebijakan yang sifatnya lebih ekspansif dan bisa mendukung perekonomian Indonesia lebih baik lagi,” tutur Yose.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan optimismenya bahwa Indonesia tetap bisa mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen pada 2025, di tengah tekanan global serta koreksi target pertumbuhan dari Dana Moneter Internasional (IMF).

Optimisme itu mempertimbangkan kinerja ekonomi pada kuartal I-2025 yang diperkirakan akan mencetak angka pertumbuhan yang positif.

Adapun terkait koreksi perkiraan pertumbuhan ekonomi oleh IMF, Sri Mulyani mengatakan revisi tersebut dipengaruhi oleh dinamika kebijakan tarif resiprokal yang diinisiasi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

IMF memperkirakan negara-negara dengan tingkat ketergantungan tinggi terhadap perdagangan internasional akan mengalami dampak lebih besar.

Hal itu yang melandasi IMF mengoreksi proyeksi pertumbuhan Indonesia sebesar 0,4 persen menjadi 4,7 persen.

Namun, Menkeu menyatakan Indonesia tetap mengambil langkah-langkah responsif, termasuk bernegosiasi aktif dengan AS terkait tarif resiprokal serta menyusun langkah deregulasi untuk meningkatkan potensi pertumbuhan jangka panjang.

“Langkah-langkah ini yang terus dirumuskan dan akan terus dimonitor, sehingga kepercayaan dari perekonomian dalam negeri dan pelaku ekonomi bisa dijaga atau bahkan diperkuat,” ujar Menkeu.

Baca juga: Ekonom puji langkah Prabowo tunjuk Airlangga jadi negosiator tarif AS

Baca juga: Ekonom sebut DHE 100 persen efektif jaga nilai tukar rupiah

Baca juga: Ekonom: MBG perlu dipandang sebagai investasi jangka panjang

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |