Dosen UMPR kolaborasikan nilai budaya Dayak pada pelajaran matematika

3 weeks ago 10

Palangka Raya (ANTARA) - Tim dosen dari Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) melalui program pengabdian kepada masyarakat berupaya menanamkan dan mengolaborasikan nilai budaya Dayak dalam pembelajaran matematika.

"Metode ini memanfaatkan teknologi Virtual Ready (VR). Sasaran utama kami adalah Sekolah Dasar Muhammadiyah Pahandut, Kota Palangka Raya," kata Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat UMPR, Amelia Dwi Astuti MPd di Palangka Raya, Jumat.

Dia menambahkan metode ini tidak hanya menyelaraskan teknologi modern dengan nilai budaya lokal, tetapi sekaligus menghadirkan cara baru dalam memahami matematika secara lebih kontekstual dan hidup di SD Muhammadiyah Pahandut Palangka Raya.

Amelia mengatakan inovasi dalam pembelajaran matematika sudah seharusnya terus digali demi tercapainya pemahaman konsep matematika yang baik bagi siswa.

Baca juga: UMPR-guru di Kalteng perkuat pemanfaatan AI untuk pembelajaran

Penggunaan teknologi seperti VR dapat menjadi jembatan bagi siswa untuk memahami matematika secara nyata, apalagi jika dihubungkan dengan budaya mereka sendiri.

"Ini bukan hanya pengajaran, tapi juga pelestarian," katanya.

Inovasi ini membawa pesan kuat bahwa pendidikan bukanlah sekadar transfer materi, melainkan jembatan antara identitas budaya dan masa depan digital.

Kolaborasi antara UMPR dan SD Muhammadiyah Pahandut menghadirkan model pembelajaran yang bukan hanya relevan, tetapi juga berakar dalam pengalaman anak, memancing rasa kagum sekaligus rasa memiliki budaya mereka sendiri.

"Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi sekolah dan penggerak pendidikan lain, khususnya di Kalimantan Tengah, untuk terus mengeksplorasi harmoni antara tradisi dan kecanggihan teknologi," katanya.

Pada kegiatan pengabdian tersebut, tiga akademisi dari UMPR tampil sebagai narasumber, membingkai dialog yang kaya oleh wawasan pendidikan.

Pertama, Amelia Dwi Astuti MPd yang memperkenalkan Etnomatematika Dayak, yakni bagaimana anyaman, ukiran, dan struktur rumah betang Dayak menyimpan pola-pola matematis yang sarat makna.

Menurutnya, etnomatematika bukan hanya soal menghitung, tetapi juga tentang menghargai budaya dan lingkungan sekitar.

Narasumber kedua, Dr Sugiyanto, MPd yang menyodorkan pendekatan literasi numerasi kontekstual, mengajak guru mengaitkan matematika dengan keseharian dari pasar tradisional hingga permainan lokal.

Menurutnya, ketika anak bisa memahami mengapa mereka harus belajar matematika, saat itulah pembelajaran menjadi berarti.

Baca juga: FKIP UMPR-FKUB Kalteng dan Dewan Adat Dayak perkuat moderasi beragama

Baca juga: UMPR difasilitasi kuliah S2 Pendidikan Dasar ratusan guru PPG

Selanjutnya, narasumber ketiga, Dr M Noor Fitriyanto MPd yang memperkenalkan media VR dalam pembelajaran matematika sebagai alat yang memungkinkan pengalaman imersif terhadap ruang dan bentuk, menyentuh pola-pola geometri dari kehidupan Dayak dalam format tiga dimensi.

Dia mengatakan bahwa teknologi ini bukan pengganti guru, tapi alat bantu luar biasa untuk membuat pembelajaran lebih hidup dan membekas di memori siswa.

Kepala SD Muhammadiyah Pahandut Sandra Aryani K mengapresiasi dan optimistis inovasi ini akan berdampak pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah setempat.

Pihaknya juga menyambut dengan sangat terbuka kegiatan ini. "Di tengah tantangan pembelajaran saat ini, guru-guru kami butuh ide dan pendekatan baru yang tidak hanya efektif, tetapi juga menyentuh hati siswa. Kehadiran media VR berbasis budaya Dayak ini benar-benar membuka cakrawala baru," katanya.

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |