Yogyakarta (ANTARA) - Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Tri Melasari menyebut Indonesia perlu memperbanyak kapal ternak untuk meningkatkan efisiensi distribusi sapi antarpulau.
Hal itu Tri Melasari sampaikan saat Ujian Terbuka Promosi Doktor Program Studi Ilmu Peternakan di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Sleman, Yogyakarta, Sabtu.
"Perlu peningkatan dan perluasan jumlah armada dan rute distribusi kapal ternak dalam mendukung stabilisasi pasokan dan harga ternak dan daging sapi di Indonesia," ujar dia.
Dalam disertasi berjudul "Efektivitas Keberadaan Kapal Ternak Camara Nusantara dan Penerapan Prinsip Kesejahteraan Ternak dalam Distribusi Ternak Sapi di Indonesia," Tri mengulas pentingnya kapal khusus ternak guna menekan susut bobot sapi selama proses pengangkutan antar pulau.
Penelitian Tri menunjukkan bahwa penggunaan kapal ternak mampu menekan penyusutan bobot sapi secara signifikan dari sebelumnya 15-22 persen menjadi rata-rata 6,27 persen.
Penyusutan bobot sapi selama perjalanan, kata dia, bisa dipicu dua faktor, yakni akibat ekskresi feses dan urin serta kehilangan cairan pada jaringan hewan.
Proses transportasi yang tidak optimal, menurut Tri, dapat menyebabkan stres fisiologis dan metabolik pada ternak yang berkontribusi terhadap penyusutan bobot badan dan penurunan kualitas karkas.
"Sebelum ada kapal ternak, seluruh pengangkutan ternak hanya menggunakan kapal kargo yang pasti tidak menerapkan prinsip kesrawan (kesejahteraan hewan), sehingga susut bobotnya lebih tinggi, bahkan sangat tinggi, 15 sampai 22 persen," ujar dia.
Ia mengakui saat ini jumlah kapal ternak Camara Nusantara (CN) masih sangat terbatas, yakni baru enam unit sehingga belum mampu menjangkau seluruh wilayah pengiriman ternak di Indonesia.
"Kapal ternak kita memang, kalau dibandingkan dengan kapal kargo, baru enam unit sehingga memang masih kurang," katanya.
Kapal ternak CN-5, menurut dia, selama ini dilengkapi tenaga kesehatan hewan yang terdiri atas dokter hewan dan paramedis, yang bertugas melakukan pemantauan kesehatan ternak secara berkala.
Berdasarkan prosedur operasional standar (SOP) di kapal ternak itu, pemeriksaan dilakukan dua kali sehari yani pagi dan sore untuk mengevaluasi kondisi umum ternak dan mengidentifikasi potensi gangguan kesehatan selama perjalanan.
"Dengan penerapan prinsip kesejahteraan ternak, susut bobot bisa turun. Secara ekonomi ini sangat menguntungkan bagi peternak maupun pelaku usaha," ujar Tri Melasari.
Untuk menambah jumlah kapal ternak, dia menegaskan bahwa pemerintah memerlukan dukungan investasi dari sektor swasta untuk memperluas jangkauan dan mempercepat pengadaan.
Peningkatan jumlah dan perluasan rute kapal ternak, menurut Tri, tidak hanya mendukung distribusi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui ketersediaan daging sapi.
"Pemerintah tidak akan bisa menangani Indonesia yang besar ini tanpa keterlibatan semua 'stakeholders'. Kalau semua bergerak, sistem transportasi kita akan jauh lebih baik," tutur dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































