Sleman (ANTARA) - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan bedah buku "Guyub Rukun Ayem Tentrem : Keluarga Bahagia Dalam Masyarakat Jawa" di Desa Wisata Taman Sendang Bandung, Karang Sumberagung, Moyudan, Sleman, Kamis.
Ketua Tim Pengelolaan Koleksi DPK Kabupaten Sleman Wahyuningsih mengatakan bahwa kegiatan bedah buku "Guyup Rukun Ayem Tentrem" ini bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat Kabupaten Sleman agar masyarakat lebih mengenal falsafah kehidupan guyub rukun dan ayem tentrem di lingkungan keluarga.
"Diharapkan para peserta bedah buku ini juga dapat mengajak masyarakat untuk gemar membaca dan memanfaatkan layanan Perpustakaan," katanya.
Pustakawan DKP Sleman Bagus Eko Nur Saputro selaku moderator bedah buku mengatakan, buku Guyub Rukun Ayem Tentrem ini mengangkat tema tentang penanaman nilai-nilai luhur dan pembentukan karakter semua anggota keluarga.
"Narasumber yang kami hadirkan yakni Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Sleman dan Anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) Muh Zuhdan serta penulis buku 'Guyub Rukun Ayem Tentrem' Cahyadi Takariawan," katanya.
Baca juga: KemenPPPA-Kemenkes galakkan edukasi guna bangun ketahanan keluarga
Baca juga: Legislator ingatkan pentingnya ketahanan keluarga capai Indonesia Emas
Sedangkan Zuhdan dalam paparannya menyampaikan bahwa IPM Kabupaten Sleman memiliki indikator tertinggi di Indonesia. Namun menurut indikator dunia dari seribu orang hanya satu orang di Indonesia yang gemar membaca.
"Buku Guyub Rukun Ayem Tentrem yang ditulis Cahyadi Takariawan bersama istrinya Ida Nur Laila itu, memiliki gaya bahasa dan penulisan yang sederhana dan mudah dipahami," katanya.
Ia mengatakan, dalam prakata buku terdapat definisi tentang ketahanan keluarga yang merupakan kondisi dinamis dalam menghadapi tantangan dan gangguan dalam keluarga.
"Penulis membahas mengenai ketahanan fisik dan ketahanan sosial keluarga. Ketahanan fisik keluarga memang menempatkan kebutuhan sandang pangan dan papan menjadi prioritas paling dasar," katanya.
Baca juga: Wali Kota ajak warga guyub rukun di acara Surabaya Vaganza
Baca juga: FKUB Jaksel harap Kampung Kerukunan Kebon Baru guyub dalam keberagaman
Terkait dengan harmonisasi keluarga dalam hal mendidik anak, penulis menyatakan bahwa anak bukan semata-mata anak milik orang tua, namun juga merupakan masa depan dan tanggung jawab orang tua. "Orang tua perlu membekali anak dengan akidah dan akhlak," katanya.
Bapak Zuhdan juga menyampaikan bahwa perempuan itu tidak pernah menghitung duitnya dan tenaganya yang digunakan untuk kesejahteraan keluarga selama tidak tersakiti. "Sehingga jangan pernah sakiti perempuan," katanya.
Sementara Cahyadi Takariawan mengatakan bahwa masyarakat Jawa memiliki "local wisdom" (pitutur luhur), kaya akan simbol-simbol yang dikemas dalam bentuk tembang-tembang sehingga mudah diterima dan dinikmati masyarakat.
"Tembang-tembang Jawa mengandung banyak pesan-pesan penuh makna menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, cinta, kasih sayang, kelembutan, kehangatan namun juga keperwiraan dan kepahlawanan," katanya.
Menurut dia, keputusan menikah hendaknya diambil dengan niat yang tulus, motivasi yang lurus, tekad yang kuat, yang bersemayam dalam hati.
"Hal yang akan menjadi pegangan hidup dalam pernikahan bukan harta bukan wajah, namun membekali diri dengan hati yang bersih akan menjadi landasan yang kokoh dalam membangun keluarga sakinah dan bahagia," katanya.
Baca juga: Muslimah ABI: Perempuan berperan penting bangun ketahanan keluarga
Baca juga: Menag: Pemberdayaan perempuan fondasi ketahanan keluarga dan bangsa
Baca juga: Kemenag gandeng GKMNU perkuat program ketahanan keluarga
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025